KUPANG, KOMPAS.com - Kura-kura leher ular atau Chelodina mccordi saat ini telah punah di habitat aslinya di Danau Peto, Desa Maubesi, Kecamatan Rote Tengah, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sejumlah pihak, telah berupaya mengembalikan keberadaan satwa itu. Di antaranya Balai Penelitian Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Kupang.
Kepala BP2LHK Kupang Erwin menyebut, kura-kura leher ular merupakan satwa ikonik yang menjadi kebanggaan masyarakat NTT.
Ia menuturkan, 40 ekor kura-kura leher ular pernah dilepasliarkan di Danau Peto, Pulau Rote pada 2009.
Namun, saat ini, kura-kura leher ular tidak ditemukan lagi di habitat aslinya itu.
Baca juga: Kura-kura Leher Ular di Rote Ndao, NTT, Telah Punah
Saat pelepasliaran kura-kura leher itu, MS Kaban yang merupakan menteri kehutanan periode tersebut, memberikan empat ekor satwa tersebut kepada Balai Litbang LHK Kupang untuk diteliti.
"Selama kurang lebih 12 tahun, telah dilakukan penelitian seperti aspek populasi dan habitatnya di Pulau Rote, aspek reproduksi, pembesaran dan pertumbuhan kura-kura leher ular Rote," ujar Erwin, kepada Kompas.com, Rabu (15/9/2021) pagi.
Menurut Erwin, kura-kura leher ular Rote memasuki masa berkembangbiak setelah umur enam tahun.
Setelah kawin, seekor induk betina bisa bertelur sebanyak dua sampai tiga kali per tahun. Dalam sekali bertelur, kura-kura leher betina menghasilkan lima sampai 20 telur.
Saat ini, jumlah kura-kura leher ular Rote yang ada di Balai Litbang LHK Kupang sebanyak 35 ekor.
Erwin memerinci, puluhan kura-kura leher ular itu terdiri dari dua ekor indukan, tiga ekor berumur enam tahun (menetas 2015), tujuh ekor berumur empat tahn (menetas 2017), tiga ekor berumur tiga tahun (menetas 2018).
Lalu, sembilan ekor berumur dua tahun (menetas 2019) dan 11 ekor berumur satu tahun (menetas 2020).
Baca juga: Kura-kura Leher Ular yang Punah di Habitatnya Berhasil Dikembangbiakkan oleh BP2LHK
"Saat ini sedang menetaskan telur sebanyak 13 butir," kata dia.
Balai Litbang LHK Kupang pun menyerahkan empat ekor kura-kura leher ular Rote untuk mendukung program repatriasi yang diinisasi BBKSDA NTT dan WCS IP pada 14 September 2021.
"Harapan ke depan suatu saat kura-kura leher ular rote hasil konservasi ex situ ini bisa direintroduksikan kembali ke habitat alaminya di Pulau Rote. Sehingga kura-kura ini bisa lestari di habitat alaminya dan di area konservasi ex situ," ujar Erwin.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.