Mereka diminta pindah ke bagian belakang warung kopi itu kemudian pagarnya ditutup dan dikunci dari luar.
"Kunci baru dibuka setelah rombongan Jokowi meninggalkan Blitar," ujar Suryono.
Di tengah upaya mencegah aksi bentang poster yang direncanakan para peternak, Suroto di luar dugaan membentangkan poster seorang diri.
"Ketika teman-teman yang lain tertahan, Pak Suroto malah berhasil membentangkan poster di area kunjungan Jokowi," kenang Suryono.
Suroto, ujar Suryono, adalah peternak berusia sekitar 50-an tahun yang selama ini menghadapi kebangkrutan seperti yang dialami kebanyakan peternak ayam petelur.
Sebelum pandemi, Suroto pernah memiliki ayam petelur sebanyak sekitar 15.000 ekor.
Jumlahnya terus menyusut sejak pandemi Covid-19 melanda dan kini hanya tersisa kurang dari 5.000 ekor.
"Semakin besar jumlah ayam yang kita miliki, semakin cepat menghabiskan aset yang kita miliki," ujar Suryono.
Seperti dirinya, Suroto pun harus menjual sejumlah aset pribadi.
Sepanjang yang dia tahu, Suroto telah menjual tanah, mobil, dan sepeda motor untuk menutup kerugian dan pada saat yang sama berusaha membayar angsuran pinjaman usaha ke perbankan.
Meski mempertaruhkan penjualan aset, ayam yang dimiliki Suroto terus menyusut.
"Sama seperti saya, jual tanah, jual kayu di kebon. Sudah ratusan juta tapi semuanya dipatok ayam, habis. Terakhir saya jaminkan sertifikat rumah ke bank," kata dia.
Meski belum banyak dikenal, kata Suryono, sebenarnya Suroto adalah salah satu pegiat asosiasi peternak ayam petelur di wilayah Blitar.
Dia bisa dikatakan sebagai salah satu penggagas berdirinya PPRN yang merupakan wadah organisasi peternak ayam petelur.
"Beda seperti pengurus yang lain yang memang sering terlibat mengurus perizinan kegiatan. Pak Suroto jarang tampil," ujarnya.
Baca juga: Penjelasan Asosiasi Peternak soal Makna Poster yang Dibentangkan ke Arah Jokowi