Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Fenomena Burung Pipit Mati di Cirebon dan Bali hingga Dugaan Penyebabnya

Kompas.com - 14/09/2021, 16:36 WIB
Candra Setia Budi

Editor

Kata Made, cuaca ektrem yang dimaksud yakni berupa hujan dan angin kencang. Sebab, lanjutnya, saat ini masa peralihan musim kemarau menuju musim hujan.

"Karena hujannya terlalu lebat, kan jelas ada tekanan udara rendah, dengan rendahnya tekanan udara ini burungnya enggan lari. Dia bertahan saja diam dan basah kuyup, itu menyebabkan dia sakit dan mati dan memang kekuatan burung berbeda dengan kekuatan lainnya," kata Made.

Baca juga: Sutika Kaget, Saat Berkendara Tiba-tiba Lihat Ribuan Burung Pipit Berjatuhan: Diambili Anak-anak

 

Fenomena burung pipit mati baru pertama kali terjadi

Sementara itu, Kasubag Humas Tata Usaha Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali Prawono Meruanto mengatakan, fenomena ratusan burung pipit mati merupakan peristiwa pertama yang terjadi di wilayahnya.

Karena belum pernah terjadi sebelumnya, fenomena itu pun dianggap sebagai hal yang aneh.

"Jadi, sebuah hal yang aneh juga kalau melihat kondisi burung-burung seperti itu (berjatuhan). Artinya, kita tidak tahu, (apa) jatuh langsung, kita juga tidak tahu. Ini baru pertama yang saya ketahui," katanya, Kamis saat dihubungi.

Namun, kata Prawono, pihaknya belum bisa memastikan penyebab fenomena itu.

Dugaan sementara matinya ribuan burung pipit akibat curah hujan yang tinggi.

"Tapi kalau kita bicara kondisi dan kejadian alam, bisa dikatakan mungkin waktu hujan itu mengandung asam yang cukup tinggi. Sehingga mengakibatkan burung-burung berjatuhan, bisa saja seperti itu," ungkapnya.

Baca juga: Ribuan Burung Pipit Berjatuhan di Bali, Ini Dugaan Penyebab dan Analisanya

 

Burung pipit mati diduga keracunan pestisida

ilustrasi petani menutupi tanaman padinya dengan jaring untuk menghalau hama burung pipit.Kompas.com/M.Agus Fauzul Hakim ilustrasi petani menutupi tanaman padinya dengan jaring untuk menghalau hama burung pipit.

Namun, dugaan lainnya adalah burung tersebut mati karena keracunan petisida.

Hal itu diketahui setelah tim dari BKSDA melakukan penyelidikan dan mengetahui perilaku masyarakat di sekitar Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.

Warga disebut menggunakan pestisida nonalami.

Menurutnya, saat mencari makan, burung pipit pasti bergerombol dari ratusan sampai ribuan ekor.

Kemudian, burung pipit itu mencari makan di tanaman padi yang baru tumbuh, yang mungkin saja baru selesai disemprot pestisida.

Halaman:


Terkini Lainnya

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Regional
Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Regional
Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Regional
Ditinggal 'Njagong', Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Ditinggal "Njagong", Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Regional
Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Regional
Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Regional
Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Regional
Masyarakat Diminta Waspada, 5 Orang Meninggal akibat DBD di Banyumas

Masyarakat Diminta Waspada, 5 Orang Meninggal akibat DBD di Banyumas

Regional
Tangerang-Yantai Sepakat Jadi Sister City, Pj Walkot Nurdin Teken LoI Persahabatan

Tangerang-Yantai Sepakat Jadi Sister City, Pj Walkot Nurdin Teken LoI Persahabatan

Regional
Lebih Parah dari Jakarta, Pantura Jateng Alami Penurunan Muka Tanah hingga 20 Cm per Tahun

Lebih Parah dari Jakarta, Pantura Jateng Alami Penurunan Muka Tanah hingga 20 Cm per Tahun

Regional
Kasus DBD di Demak Tinggi, Bupati Ingatkan Masyarakat Fogging Bukanlah Solusi Efektif

Kasus DBD di Demak Tinggi, Bupati Ingatkan Masyarakat Fogging Bukanlah Solusi Efektif

Regional
Stok Vaksin Hewan Penular Rabies di Sikka Semakin Tipis

Stok Vaksin Hewan Penular Rabies di Sikka Semakin Tipis

Regional
BBWS Pemali Juana Ungkap Solusi Banjir Pantura Jateng: Harus Keluarkan Sedimen dan Perkuat Tanggul

BBWS Pemali Juana Ungkap Solusi Banjir Pantura Jateng: Harus Keluarkan Sedimen dan Perkuat Tanggul

Regional
Siswi SMA di Kupang Melahirkan, Bayi Disembunyikan dalam Koper

Siswi SMA di Kupang Melahirkan, Bayi Disembunyikan dalam Koper

Regional
9 Nelayan di Lombok Timur Ditangkap Terkait Dugaan Pengeboman Ikan

9 Nelayan di Lombok Timur Ditangkap Terkait Dugaan Pengeboman Ikan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com