KOMPAS.com - Nasib 25 anak buah kapal (ABK) KM Hentri yang hilang selama 10 hari masih belum diketahui setelah kapal yang membawa mereka terbakar pada Jumat (3/9/2021) sekitar pukul 05.00 WIT.
Kapal tersebut terbakar di perairan Kepulauan Tanimbar tepatnya di perairan di antara Pulau Molu dan perairan Maluku Tenggara.
KM Hentri diterjang gelombang tinggi hingga terjadi guncangan hebat yang mengakibatkan kapal tersebut terbakar.
Baca juga: 25 ABK KM Hentri yang Hilang di Laut Maluku Diduga Telah Meninggal Dunia, Ini Analisis Basarnas
Awalnya kapal tersebut membawa 32 ABK dan bertolak dari Pelabuhan Angke Jakarta pada 15 Agustus 2021. Mereka berlayar menuju Papua.
Saat kapal terbakar, 32 ABK terjur ke laut untuk menyelamatkan diri. Namun hanya lima ABK yang ditemukan selamat dan 2 orang meninggal dunia.
Setelah 10 hari dinyatakan hilang, diduga 25 ABK yang hilang itu telah meninggal dunia.
Kepala Basarnas Ambon, Mustari angkat bicara mengenai seberapa besar peluang para ABK bertahan hidup.
Menurut Mustari, ABK yang menggunakan alat apung di tubuhnya, bisa bertahan maksimal lima hari.
"Untuk daya tahan di air dengan menggunakan alat apung terpasang di badan, biasanya bertahan empat sampai lima hari," tutur dia pada Kompas.com, Senin (13/9/2021).
Baca juga: Mayat Laki-laki yang Ditemukan di Pelabuhan Tual Bukan ABK KM Hentri, Ini Identitasnya...
Hal itu berbeda dengan kondisi ABK jika tanpa mengenakan alat apung di badan.
"Tapi kalau hanya berpegangan di alat apung biasanya bertahan dua sampai tiga hari sudah terlepas karena kondisi kelelahan dan cuaca," imbuh dia.
Mustari mengemukakan, operasi pencarian 25 ABK yang hilang telah memasuki hari ke-6. Namun hingga kini belum ada tanda-tanda para korban ditemukan.
“Hari ini sudah masuk hari ke-6 dan sampai sore ini hasil pencarian masih nihil,” kata Mustari.
Ia mengaku setelah tujuh hari pencarian, pihaknya akan melakukan evaluasi apakah operasi pencarian akan diperpanjang atau tidak.
“Akan ada evaluasi setelah operasi hari ke-7 apa nanti ditambah tiga hari lagi itu akan kita putuskan besok sore,” ujarnya.
Baca juga: Nasib 25 ABK KM Hentri yang Hilang di Laut Maluku, 10 Hari Belum Juga Ditemukan
Hal tersebut dibenarkan oleh Aden Soma, Kepala Desa Mekar Jaya.
Maman yang akrab disapa Black merupakan ketua Lembaga Pemberdayaan Desa (LPMD) Mekar Jaya.
Ia mencoba mengadu nasib menjadi seorang pelaut bersama dengan rombongan Ardian Rahman, wakil Tekong Kapal KM Hentri.
Baca juga: Kisah Maman Asal Sukabumi, Pamit Berlayar, Malah Jadi Korban Kebakaran KM Hentri di Maluku
"Sebelum berangkat akan berlayar, ia sempat pamit ke saya, dan meminta maaf jika ada kesalahan selama ia menjabat," ucap Aden.
Bahkan kata Aden, Black juga pernah meminta didoakan agar segera selamat dan meminta maaf serta berpamitan kepada tokoh ustaz Desa Mekarjaya, Asep Nasrudin.
"Ke kang Asep juga sempat berpamitan, minta didoakan agar selamat dan memohon maaf juga sebelum pamit," tutur Aden.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Rahmat Rahman Patty | Editor : Pythag Kurniati, Aprillia Ika)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.