Apalagi, benih porang varietas Madiun1 secara fisik kuat dan padat sehingga tidak mudah pecah.
Bukan hanya itu, kadar air juga sedikit, dan yang terpenting alami, sehingga siap tanam.
"Sekarang kami pilih benih bersertifikasi. Lebih mahal enggak masalah, yang penting hasilnya bagus," ujar Tamsi.
Tamsi pernah menanam benih katak yang dibelinya sembarangan dari teman.
Dari sembila kilogram benih katak, tidak ada yang bisa tumbuh.
Ia menduga bibit itu dibeli dari luar daerah yang tidak diketahui asal usulnya.
Senada dengan Tamsi, Ketua LMDH Subur Lestari Desa Pringapus, Karyanto kedatangan mereka ke Kabupaten Madiun bertujuan untuk studi banding mengenai tanaman porang.
Sebenarnya, Karyanto dan petani lainnya sudah pernah menanam porang, namun selama ini hanya menggunakan bibit lokal.
Baca juga: Cerita Sukses Petani Muda Kembangkan Porang, Butuh Jaminan Kestabilan Harga (Bagian 2)
Madiun menjadi pilihan studi banding karena sudah terkenal dengan benih porang bersertifikasi Madiun 1.
"Madiun kami pilih karena sudah terkenal dan bibitnya tersertifikasi Madiun 1," ujar Karyanto.
Bersama petani lainnya, Karyanto mengaku memesan benih porang Madiun 1 kualifikasi umbi.
Alasanya, dengan menanam benih umbi, maka bisa dipanen dalam satu kali musim tanam antara tujuh hingga delapan bulan.
Harapanya, hasil panen bisa dijual dan hasilnya bisa di gunakan untuk menutup KUR BNI, membeli bibit baru hingga menambah pundi-pundi tabungan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.