Meski sempat terjadi perdebatan, ia kemudian mengalah dan menuruti protokoler Gubernur yang memintanya pindah ke ruang terpisah.
Ia kemudian terpaksa berdiri dengan kursi untuk melihat undangan yang hadir serta memandu acara agar berjalan dengan baik hingga selesai.
Usai acara berlangsung, ia lalu memilih mencurahkan isi hatinya dan viral di media sosial.
Dessy kesal karena bukan pertama kali dilarang tampil dalam acara yang dihadiri Koster.
Beberapa kali acara baik diselenggarakan pihak negeri dan swasta selalu sama. Hanya suara MC saja yang tampil dalam acara.
"Acara off air dulu di Kuta aku boleh nge-MC setelah Pak Gubernur meninggalkan ruangan," tutur dia.
Ia menilai, kebijakan tersebut merupakan bentuk diskriminasi terhadap perempuan.
Baca juga: Sempat Kabur dan Melawan Satpol PP, WN Rusia di Bali Akhirnya Dideportasi
Dessy mengaku tak bisa bekerja secara profesional sebab binggung memandu tanpa melihat acara.
Sejak curhatannya tersebut viral di media sosial, Dessy mengaku menerima ratusan pesan ke akun instagramnya.
"Ini adalah bentuk diskriminasi terhadap pekerja perempuan even. Ini sangat diskriminasi," kata dia.
Selain itu, lanjut Dessy, kebijakan untuk melarang perempuan tampil secara fisik dalam acara yang dihadiri oleh Gubernur Bali Wayan Koster juga menghalang-halangi warga yang sedang mencari nafkah.
Apalagi, di tengah pandemi Covid-19 yang tak banyak pihak swasta atau negeri mengelar acara.
Dessy pun berharap, Gubernur Bali atau pun Pemerintah Provinsi Bali memberikan penjelasan terkait kebijakan tersebut.