SUMEDANG, KOMPAS.com - Keberadaan Jembatan Cincin di Desa Hegarmanah dan Menara Loji di halaman belakang Institut Teknologi Bandung (ITB) Kampus Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa Barat.
Keduanya merupakan dua bangunan bersejarah peninggalan Belanda. Namun, kondisinya saat ini sangat memprihatinkan.
Terlebih, Menara Loji, saat ini hanya menyisakan bangunan tugu. Sementara lonceng besar di atas menarah sudah hilang dicuri.
Budayawan Sumedang Tatang Sobana mengatakan, Jembatan Cincin memiliki panjang sekitar 40 meter dan dibangun pada 1918.
Bangunan yang membentang di belakang Universitas Padjadjaran (Unpad) Kampus Jatinangor ini disebut Jembatan Cincin karena mirip separuh cincin jika dilihat dari kejauhan.
"Jembatan Cincin ini merupakan jalur rel kereta api peninggalan masa penjajahan Belanda. Dulunya digunakan untuk mengangkut hasil bumi dari Sumedang menuju Batavia (Jakarta)," ujar Apih Tatang, sapaan akrabnya, kepada Kompas.com di Sumedang, Sabtu (11/9/2021) malam.
Baca juga: Monumen Kepet: Perjuangan Rakyat Tuban Bergerilya Melawan Tentara Belanda
Apih Tatang menuturkan, seiring peralihan kekuasaan dari Belanda ke Jepang, pada 1942, kereta api sudah tidak terlihat lagi melintas di Jembatan Cincin.
Padahal, jembatan cinci sebelumnya menjadi akses penghubung antara stasiun kereta api Tanjungsari Sumedang dengan Rancaekek Kabupaten Bandung.
"Pada tahun 1942, sudah tidak ada lagi kereta api yang datang ke Sumedang. Karena penjajah baru yaitu Jepang datang. Kereta api menuju Sumedang ini memang digunakan hanya untuk kepentingan hasil bumi, bukan kereta orang (transportasi massal)," tutur Apih Tatang.
Sementara, kata Apih Tatang, keberadaan Menara Loji di belakang kampus ITB Jatinangor menjadi saksi bisu kejayaan perkebunan karet di Jawa Barat.
Menara Loji dibangun sekitar tahun 1800-an.
"Perkebunan karet Jatinangor ini dulunya merupakan yang terbesar di Sumedang. Perkebunan karet ini dimiliki oleh WA Baud," sebut Apih Tatang.
Menara Loji berfungsi sebagai penanda waktu bagi para pekerja di kebun karet milik WA Baud.
Lonceng itu berbunyi tiga kali dalam sehari. Pada pagi hari, lonceng di Menara Loji berbunyi pukul 05.00 WIB, sebagai tanda agar pekerja mulai menyadap getah karet.
"Siang sekitar pukul 10.00 sebagai penanda pekerja setor hasil sadap getah karet, dan sekitar pukul 14.00 sebagai penanda berhenti bekerja," ujar Apih Tatang.
Baca juga: Apa Itu Noken? Filosofi, Kegunaan, hingga Cara Membuatnya...
Apih Tatang mengatakan, dua bangunan bersejarah di Jatinangor ini seharusnya menjadi heritage (warisan budaya) yang bisa dijaga kelestariannya.
Apih Tatang menyayangkan, kondisi kedua bangunan bersejarah itu justru memprihatinkan karena waktu.
"Bahkan lonceng di atas Menara Loji sekarang sudah tidak ada, karena dicuri pada tahun 1980. Seharusnya, dua bangunan ini menjadi heritage, yang tentunya akan sangat bermanfaat untuk studi sejarah Indonesia," kata Apih Tatang.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.