Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengungkap Misteri "Besse" Kerangka Perempuan Berusia 7.200 Tahun di Leang Panninge Sulawesi

Kompas.com - 12/09/2021, 06:46 WIB
Rachmawati

Editor

Leang Panninge sebagai kawasan industri purba

Para peneliti juga menemukan "satu mobil" peninggalan budaya prasejarah di dalam Leang Panninge.

Di antaranya kapak batu, mata panah, pisau batu, termasuk hal yang diyakini sisa makanan mereka berupa tulang babi, rusa, tikus, kelelawar, dan siput air tawar.

Prof Akin juga meyakini Leang Panninge saat itu digunakan sebagai kawasan industri membuat alat-alat berburu, mengumpulkan dan meramu makanan.

Hal ini berdasarkan temuan berupa "pembentuk alat batu, sisa-sisa tatal alat batu," katanya.

Baca juga: Desa Nglanggeran, Wisata Lengkap dari Gunung Api Purba sampai Air Terjun

Temuan ini merupakan artefak batu yang paling khas dengan era pemburu-pengumpul di Sulawesi antara 8000 - 1500 tahun yang lalu, apa yang disebut sebagai budaya "Toalean".

Penamaan ini berdasarkan penelitian naturalis dan etnolog asal Swiss, Paul dan dan Fritz Sarasin (1893-1896) di Celebes, dan memperkenalkan orang-orang di dalam gua dari peninggalannya sebagai To Ala sebagai penanda budaya di Sulawesi Selatan.

"Toala dalam bugis itu orang yang tinggal di hutan-hutan di gunung-gunung," kata Prof Akin.

Baca juga: Joglo, Rumah Tradisional Suku Jawa Modifikasi Bangunan Purba

Apakah mereka bunuh-bunuhan, melebur atau bergeser?

Tim peneliti Australia, Indonesia, dan Jerman berhasil mengungkap DNA dari fosil manusia purba, diperkirakan wanita remaja yang hidup 7.200 tahun silam, di Leang Panning (Gua Kelelawar) di Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Fosil ini diberi nama Besse, merujuk pada penyebutan anak perempuan dalam etnis Bugis-Makassar.UNIVERSITAS HASANUDDIN via ABC INDONESIA Tim peneliti Australia, Indonesia, dan Jerman berhasil mengungkap DNA dari fosil manusia purba, diperkirakan wanita remaja yang hidup 7.200 tahun silam, di Leang Panning (Gua Kelelawar) di Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Fosil ini diberi nama Besse, merujuk pada penyebutan anak perempuan dalam etnis Bugis-Makassar.
Dari mana asal Besse dan ke mana keturunannya? Hal itu masih teka-teki bagi para ilmuan. Tapi dari kajian ilmiah ini setidaknya ditemukan latar belakang genetika Asia Timur, Austromelanesoid dan Denisovan.

Peneliti genetika dari Eijkman Institute, Pradiptajati Kusuma mengatakan hal yang mengejutkan dari temuan ini adalah latar belakang genetika Asia Timur sebelum era neolitikum (zaman batu).

"Sedangkan selama ini yang diketahui adalah latar belakang genetik Asia di populasi Indonesia Timur itu berasal dari latar belakang genetik Austronesia. Maka ini hal baru," katanya.

Besse sejauh ini diyakini sebagai manusia penjelajah yang tiba lebih dulu di Nusantara sebelum Austronesia yang masuk ke Nusantara antara 4500 - 2000 tahun lalu.

Baca juga: Fosil Manusia Purba di Toalean Sulawesi Ungkap Hubungan dengan Penduduk Asli Australia

Dalam Teori Out of Taiwan, orang-orang berbahasa Austronesia diyakini keluar dari Taiwan atau Kepulauan Famosa pada 5000 tahun lalu.

Mereka bergerak ke arah Filipina, lalu bergerak melintasi kepulauan Indonesia, hingga ke arah pacific. Ciri-ciri fisik Austronesia diyakini kulit sawo matang, rambut lurus, mata cokelat, dan hidung pesek.

Dalam kajian kekinian, latar belakang Austromelanesoid dengan ciri fenotip Papua dan Aborigin, bergerak makin kuat ke arah Timur.

"Jadi semakin bergerak ke Timur dari garis Wallacea itu sampai ke Papua, itu latar belakang genetik Papuanya itu semakin tinggi. Jadi ada gradien," lanjut Pradiptajati, yang mengatakan latar belakang Papua makin tipis ketika ke arah Jawa, Kalimantan dan Sumatera.

Baca juga: Situs Manusia Purba Sangiran, Siswa Yuk Belajar

Proses ekskavasi di Leang PaninngeDok. Unhas Proses ekskavasi di Leang Paninnge
Sementara itu, latar belakang genetik Denisovan juga semakin kuat ditemukan pada wilayah Indonesia bagian Timur sebesar 6%, dan makin menipis pada orang-orang yang berada di Jawa, Sumatera dan Kalimantan.

Denisovan merupakan sepupu dari Homo Sapiens (manusia modern) yang ditemukan di gua Denisova di Siberia, diperkirakan punah pada 20 -10 ribu tahun lalu.

Latar belakang genetiknya masih melekat pada manusia-manusia modern saat ini—kita.

Menurut arkeolog dari Unhas, Iwan Sumantri ada sejumlah teori mengenai jejak sejarah berikutnya dari keluarga besar Besse di Sulawesi.

Baca juga: Bagaimana Manusia Purba Menyikapi Fenomena Alam yang keras?

"Apakah mereka bunuh-bunuhan, apakah mereka berkontestasi, apakah mereka saling melebur? Itu masih perlu bukti empirik lainnya," kata Iwan.

Namun, Iwan meyakini Besse dan keluarganya bergeser ke arah Timur Indonesia, setelah Austronesia mulai menjelajah Nusantara. Mereka kalah bersaing dalam teknologi.

"Misalnya mereka [Austronesia] sudah menggunakan perahu bercadik, sudah bisa domestifikasi binatang dan tumbuhan, mereka membawa padi dan tangga, membawa pinang, membawa babi, dan seterusnya.

"Itu yang tidak dimiliki oleh orang-orang Austromelanesoid," lanjut Iwan. Tapi bagaimana pun kata dia, "dalam arkeologi kita tidak berbicara untuk satu fakta. Tapi harus banyak fakta untuk bisa kita kemudian menghubungkan."

Baca juga: Perjalanan Menemukan Besse, Manusia Modern Tertua di Sulawesi Selatan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hari Pertama Kerja Usai Libur Lebaran, Sekda Kabupaten Semarang: Liburnya Sudah Cukup

Hari Pertama Kerja Usai Libur Lebaran, Sekda Kabupaten Semarang: Liburnya Sudah Cukup

Regional
Politisi PAN Siap Bertarung dalam Pilkada 2024 Menjadi Bupati Ende

Politisi PAN Siap Bertarung dalam Pilkada 2024 Menjadi Bupati Ende

Regional
217 Kecelakaan Terjadi di Jateng Selama Mudik Lebaran 2024

217 Kecelakaan Terjadi di Jateng Selama Mudik Lebaran 2024

Regional
Cekcok, Pria di Bangkalan Tega Bacok Paman Sendiri hingga Tewas

Cekcok, Pria di Bangkalan Tega Bacok Paman Sendiri hingga Tewas

Regional
Gubernur Bengkulu Pastikan Tol Bengkulu-Lubuk Linggau Diteruskan

Gubernur Bengkulu Pastikan Tol Bengkulu-Lubuk Linggau Diteruskan

Regional
Gelisah Ngatiyem, Pembuat Selongsong Ketupat Didominasi Orang Tua

Gelisah Ngatiyem, Pembuat Selongsong Ketupat Didominasi Orang Tua

Regional
Cabuli Mantan Murid hingga Hamil, Oknum Guru SMP di Pontianak Ditangkap

Cabuli Mantan Murid hingga Hamil, Oknum Guru SMP di Pontianak Ditangkap

Regional
Polisi Periksa Kelaikan Bus ALS yang Terbalik di Malalak, Agam

Polisi Periksa Kelaikan Bus ALS yang Terbalik di Malalak, Agam

Regional
Suami di Magelang Aniaya Istri Pakai Kapak, Awalnya Cemburu Lihat Chat di Ponsel Korban

Suami di Magelang Aniaya Istri Pakai Kapak, Awalnya Cemburu Lihat Chat di Ponsel Korban

Regional
Tiga Kepala OPD di Solo Terima Parsel Lebaran, Kepala Inspektorat: Disalurkan ke Panti Asuhan

Tiga Kepala OPD di Solo Terima Parsel Lebaran, Kepala Inspektorat: Disalurkan ke Panti Asuhan

Regional
Polisi Penemu Rp 100 Juta Milik Pemudik Diberi Beasiswa Sekolah Perwira

Polisi Penemu Rp 100 Juta Milik Pemudik Diberi Beasiswa Sekolah Perwira

Regional
Setelah Macet Tiga Hari Berturut-Turut, Simpang Ajibarang Banyumas Kembali Normal

Setelah Macet Tiga Hari Berturut-Turut, Simpang Ajibarang Banyumas Kembali Normal

Regional
FX Rudy Ungkap Pesan Khusus dari Megawati Soekarnoputri

FX Rudy Ungkap Pesan Khusus dari Megawati Soekarnoputri

Regional
Bus ALS Terbalik di Jalur Padang-Bukittinggi, Kernet Tidur dan Selamat

Bus ALS Terbalik di Jalur Padang-Bukittinggi, Kernet Tidur dan Selamat

Regional
Sebut Penjaringan Cawalkot PDI-P Solo Sudah Ramai, Gibran: Makin Banyak Pilihan, Makin Bagus

Sebut Penjaringan Cawalkot PDI-P Solo Sudah Ramai, Gibran: Makin Banyak Pilihan, Makin Bagus

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com