BANYUWANGI, KOMPAS.com - Siapa sangka limbah kantong semen bisa diolah menjadi kerajinan bernilai ekonomi tinggi.
Di tangan Dessy Darmawati Setyaningutami (43), wanita asal Kelurahan Kebalenan, Banyuwangi, Jawa Timur ini limbah kantong semen disulap menjadi tas, dompet, sandal hingga payung.
Padahal, biasanya kertas kantong semen hanya jadi limbah bangunan yang sering berakhir di tempat sampah.
Baca juga: Olah Pangan Lokal, Usaha Kelompok Masyarakat Ini Beromzet Jutaan Rupiah Selama Pandemi
Dessy menjual hasil kerajinan tangannya seharga Rp 100.000 hingga Rp 800.000.
Ia saat ini masih mengerjakan sesuai pesanan. Biasanya pembelinya datang dari luar Banyuwangi.
"Ada teman yang memesan dari daerah Jawa tengah, ada yang dari Jakarta. Untuk harga mulai dari 100.000 hingga 800.000 rupiah, tergantung keunikannya," katanya saat ditemui Senin (30/8/2021).
Dessy mengatakan, bahan dari kantong semen cukup unik.
Selain bahannya kuat, setelah diolah karakter dari kantong semen mirip sekali dengan produk dari bahan kulit.
"Terkadang banyak teman-teman dan konsumen tidak menyangka bila produk yang saya buat berasal dari kertas semen," kata Dessy.
Setiap pembuatan kerajinan ini, ia menambahkan motif menggunakan teknik ecoprint.
Baca juga: Mahasiswa Unair Olah Lendir Bekicot Jadi Hand Sanitizer
Menurutnya, hal ini membuat kesan produk menjadi lebih estetis dan elegan.
"Sama sekali tidak menimbulkan kesan norak meskipun hanya terbuat dari limbah," kata dia.
Dessy mengatakan, proses pengerjaan tidak dilakukan sendiri. Ia mengerjakannya bersama warga di lingkungannya.
"Untuk bagian pemotongan bahan, proses ecoprint hingga finishing saya kerjakan sendiri. Namun, untuk proses penjahitannya dilakukan oleh masyarakat. Jadi ya supaya dapat membagi rezeki, apalagi saat ini masih dalam suasana pandemi," ujarnya.
Ia mengaku, idenya ini sekaligus sebagai upaya peduli lingkungan dengan memanfaatkan limbah menjadi barang yang bernilai.
Dessy berharap, hasil karyanya ini dapat menjadi bukti dan inovasi baru untuk menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan sampah.
"Masyarakat tidak hanya memilih dan memilah sampah tapi tahu juga bagaimana cara mengolahnya," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.