Akibat cuaca ekstrem
Terpisah, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Kabupaten Gianyar Made Santiarka membenarkan bahwa burung-burung itu berjenis pipit.
Dia mengatakan, sejumlah burung yang mati duambil untuk dijadikan sampel penelitian di laboratorium.
"Untuk dianogsis selanjutnya kita ambil sampel dan kita cek ke lab," kata Santiarka.
Namun dia menduga burung-burung itu mati karena faktor cuaca ekstrem.
Burung yang bertengger itu tidak kuat melawan cuaca hingga akhirnya berjatuhan.
Baca juga: Sempat Kabur dan Melawan Satpol PP, WN Rusia di Bali Akhirnya Dideportasi
Cuaca ekstrem yang dia maksud berupa hujan dan angin kencang ini terjadi karena masa peralihan musim kemarau menuju musim hujan.
"Karena hujannya terlalu lebat, kan jelas ada tekanan udara rendah, dengan rendahnya tekanan udara ini burungnya enggan lari. Dia bertahan saja diam dan basah kuyup, itu menyebabkan dia sakit dan mati dan memang kekuatan burung berbeda dengan kekuatan lainnya," kata dia.
Meski ditemukan banyak yang mati, beberapa dari burung itu masih bisa bertahan hidup setelah terkena sinar matahari.
(KOMPAS.com/ Kontributor Bali: Ach. Fawaidi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.