Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Temukan Terowongan Kuno di Klaten, Bermula Keruk Embung Peninggalan Belanda

Kompas.com - 09/09/2021, 14:53 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Warga di Klaten yang awalnya melakukan pengerukan tanah, menemukan terowongan kuno.

Penemuan terowongan kuno itu terjadi di sebuah bekas embung di Desa Sabrang Lor, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Pj Kepala Desa (Kades) Sabrang Lor Budi Andrianto menjelaskan, terowongan kuno tersebut ditemukan warga sekitar akhir Agustus 2021 atau empat hari saat pengerjaan proyek.

Terowongan itu mempunyai diameter dua meter dengan dinding bangunan berupa batu bata.

Baca juga: Terowongan Kuno di Klaten Ternyata Bekas Embung Peninggalan Belanda

Mengenai tempat penemuan terowongan, Budi mengatakan embung tersebut merupakan peninggalan zaman Belanda dan sudah lama tidak terpakai.

Budi memperkirakan, dulunya embung itu difungsikan untuk mengairi tanaman tembakau.

"Dulunya ini embung. Tapi lama tidak terpakai (mangkrak) puluhan tahun. Kalau dilihat bangunan Belanda. Dulu sini perkebunan tembakau. Jadi mungkin untuk pengairan zaman Belanda," ujarnya, Selasa (7/9/2021).

Ia tidak mengetahui di lahan bekas embung itu terdapat terowongan.

Rencananya, embung itu bakal dijadikan destinasi wisata berupa kolam pemancingan dan sentra kuliner desa setempat.

Baca juga: Terowongan Kuno di Klaten Diperkirakan Dibuat pada Tahun 1800

 

Dibuat sekitar tahun 1800

Petugas BPCB Jateng mengukur terowongan kuno yang ditemukan di Desa Sabrang Lor, Trucuk, Klaten, Rabu (8/9/2021).KOMPAS.com/LABIB ZAMANI Petugas BPCB Jateng mengukur terowongan kuno yang ditemukan di Desa Sabrang Lor, Trucuk, Klaten, Rabu (8/9/2021).

Penanggung Jawab Substansi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng Deny Wahju Hidayat menuturkan, terowongan kuno itu dibangun sekitar tahun 1800.

"Dari fisik jelas itu peninggalan Belanda. Jadi objek diduga cagar budaya (ODCB)," ungkapnya, Rabu (8/9/2021).

Terkait fungsi terowongan kuno apakah digunakan untuk menampung air atau sebagai tempat pembuangan air, Deny menyampaikan hal tersebut masih diteliti.

"Terowongan itu terputus. Jadi apakah itu sebagai penampungan atau mungkin untuk mengalirkan keluar," jelasnya.

Baca juga: Misteri Temuan Batu Mirip Gamelan di Makam Penari Ronggeng

Dari hasil pengecekan, terowongan peninggalan Belanda tersebut mempunyai lebar luar 261 sentimeter, lebar dalam 197 sentimeter, dan tinggi 130 sentimeter.

"Nanti kita teliti lebih lanjut temuan ini. Kita kumpulkan data dulu di lapangan. Nanti kita diskusikan dengan para arkeologi di kantor (BPCB)," paparnya.

Soal keberadaan embung dan terowongan kuno, Deny menerangkan bahwa Trucuk dikenal dengan kawasan yang subur.

Baca juga: Heboh Penemuan Rantai Raksasa di Bantul, Panjangnya 30,6 Meter

Ketika pemerintah kolonial Belanda mengadakan tanam paksa, lahan pertanian di Trucuk banyak ditanami tembakau dan tebu.

Kata Deny, dua tanaman itu merupakan produk unggulan pada waktu itu.

"Orang Belanda itu bisa membaca ini ada potensi untuk pertanian tembakau. Berdirilah infrastruktur itu (embung) sebagai irigasi," bebernya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Solo, Labib Zamani | Editor: Dony Aprian, Teuku Muhammad Valdy Arief)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Regional
Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Regional
Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Regional
Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Regional
39 Perusahaan Belum Bayar THR Lebaran, Wali Kota Semarang: THR Kewajiban

39 Perusahaan Belum Bayar THR Lebaran, Wali Kota Semarang: THR Kewajiban

Regional
Gadaikan Motor Teman demi Kencan dengan Pacar, Pri di Sumbawa Dibekuk Polisi

Gadaikan Motor Teman demi Kencan dengan Pacar, Pri di Sumbawa Dibekuk Polisi

Regional
Digigit Anjing Tetangga, Warga Sikka Dilarikan ke Puskesmas

Digigit Anjing Tetangga, Warga Sikka Dilarikan ke Puskesmas

Regional
Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Regional
Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Regional
Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Regional
Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Regional
Cemburu, Pria di Cilacap Siram Istri Siri dengan Air Keras hingga Luka Bakar Serius

Cemburu, Pria di Cilacap Siram Istri Siri dengan Air Keras hingga Luka Bakar Serius

Regional
Buntut Kasus Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Kades di Magelang Diberhentikan Sementara

Buntut Kasus Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Kades di Magelang Diberhentikan Sementara

Regional
Nasib Pilu Nakes Diperkosa 3 Pria di Simalungun, 5 Bulan Pelaku Baru Berhasil Ditangkap

Nasib Pilu Nakes Diperkosa 3 Pria di Simalungun, 5 Bulan Pelaku Baru Berhasil Ditangkap

Regional
Kepsek SMK di Nias Bantah Aniaya Siswanya sampai Tewas, Sebut Hanya Membina

Kepsek SMK di Nias Bantah Aniaya Siswanya sampai Tewas, Sebut Hanya Membina

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com