Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terowongan Kuno di Klaten Diperkirakan Dibuat pada Tahun 1800

Kompas.com - 08/09/2021, 22:09 WIB
Labib Zamani,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

KLATEN, KOMPAS.com - Terowongan kuno yang ditemukan di sekitar pembangunan proyek kolam pemancingan dan kuliner di Desa Sabrang Lor, Trucuk, Klaten merupakan peninggalan Belanda.

"Dari fisik jelas itu peninggalan Belanda. Jadi objek diduga cagar budaya (ODCB)," kata Penanggung Jawab Substansi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng Deny Wahju Hidayat di Klaten, Rabu (8/9/2021).

Deny mengatakan terowongan itu dulunya digunakan untuk menampung air di bekas embung atau sebagai tempat pembuangan air masih diteliti.

"Terowongan itu terputus. Jadi apakah itu sebagai penampungan atau mungkin untuk mengalirkan keluar," terang dia.

Baca juga: Terowongan Kuno di Klaten Ternyata Bekas Embung Peninggalan Belanda

Menurut dia, Trucuk dikenal sebagai kawasan subur.

Pemerintah Kolonial Belanda menerapkan tanam paksa, lahan pertanian di Trucuk banyak ditanami tembakau dan tebu.

Karena tembakau dan tebu ini merupakan hasil bumi unggulan pada saat itu.

"Orang Belanda itu bisa membaca ini ada potensi untuk pertanian tembakau. Berdirilah infrastruktur itu (embung) sebagai irigasi," kata dia.

Baca juga: Gali Tanah untuk Buat Kolam, Warga Klaten Temukan Terowongan Peninggalan Belanda


Terowongan kuno tersebut dibuat sekitar tahun 1800 untuk menggerakkan sistem pertanian di kawasan Trucuk.

Berdasarkan hasil pengecekan itu terowongan peninggalan Belanda memiliki lebar luar 261 sentimeter, lebar dalam 197 sentimeter dan tinggi 130 sentimeter.

"Nanti kita teliti lebih lanjut temuan ini. Kita kumpulkan data dulu di lapangan. Nanti kita diskusikan dengan para arkeologi di kantor (BPCB)," kata dia.

Petugas BPCB Jateng mengukur terowongan kuno yang ditemukan di Desa Sabrang Lor, Trucuk, Klaten, Rabu (8/9/2021).KOMPAS.com/LABIB ZAMANI Petugas BPCB Jateng mengukur terowongan kuno yang ditemukan di Desa Sabrang Lor, Trucuk, Klaten, Rabu (8/9/2021).
Pj Kepala Desa Sabrang Lor Budi Andrianto mengatakan siap mendukung langkah BPCB Jateng dalam melestarikan temuan objek diduga cagar budaya itu.

"Kalau untuk melangkah lebih jauh desa akan kesulitan masalah anggaran. Karena fokus kita di embungnya untuk kolam pemancingan dan kuliner," terang dia.

Penemuan terowongan bermula ada pengerukan tanah proyek pembangunan destinasi wisata berupa kolam pemancingan dan sentra kuliner desa setempat.

Baca juga: Begini Penampakan Terowongan di Klaten yang Diduga Peninggalan Belanda

Lahan yang digali menggunakan alat berat itu dahulunya merupakan bekas embung sudah lama mangkrak atau tidak terpakai.

Embung buatan Belanda tersebut difungsikan sebagai irigasi atau pengairan tanaman tembakau.

"Dulunya ini embung. Tapi lama tidak terpakai (mangkrak) puluhan tahun. Kalau dilihat bangunan Belanda. Dulu sini perkebunan tembakau. Jadi mungkin untuk pengairan zaman Belanda," kata Budi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Regional
Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Regional
Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Regional
Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Regional
Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Regional
Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Regional
Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Regional
Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Regional
Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Regional
Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Regional
Sering Diteror Saat Mencuci di Sungai, Warga Tangkap Buaya Muara Sepanjang 1,5 Meter

Sering Diteror Saat Mencuci di Sungai, Warga Tangkap Buaya Muara Sepanjang 1,5 Meter

Regional
Ditunjuk PAN, Bima Arya Siap Ikut Kontestasi Pilkada Jabar 2024

Ditunjuk PAN, Bima Arya Siap Ikut Kontestasi Pilkada Jabar 2024

Regional
Diduga Depresi Tak Mampu Cukupi Kebutuhan Keluarga, Pria di Nunukan Nekat Gantung Diri, Ditemukan oleh Anaknya Sendiri

Diduga Depresi Tak Mampu Cukupi Kebutuhan Keluarga, Pria di Nunukan Nekat Gantung Diri, Ditemukan oleh Anaknya Sendiri

Regional
Sikapi Pelecehan Seksual di Kampus, Mahasiswa Universitas Pattimura Gelar Aksi Bisu

Sikapi Pelecehan Seksual di Kampus, Mahasiswa Universitas Pattimura Gelar Aksi Bisu

Regional
Isi BBM, Honda Grand Civic Hangus Terbakar di SPBU Wonogiri, Pemilik Alami Luka Bakar

Isi BBM, Honda Grand Civic Hangus Terbakar di SPBU Wonogiri, Pemilik Alami Luka Bakar

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com