Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangan Dingin Edi Santoso Menyulap Limbah Korek Api Jadi Miniatur Hewan hingga Robot

Kompas.com - 08/09/2021, 16:35 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Bagi kebanyakan orang, barang-barang yang sudah tidak bernilai karena habis masa pakainya merupakan rongsokan bahkan limbah.

Namun bagi Edi Santoso warga Dusun Bolawen, Desa Tiron, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur ini, rongsokan seperti korek gas bekas itu adalah aset.

Dari rongsokan tersebut, pria usia 30 tahun ini bisa membuat kerajinan tangan bernilai ekonomis. Seperti, aneka kreasi robot, pesawat, hingga miniatur hewan.

Edi Santoso mampu merangkai mainan-mainan tersebut dari komponen-komponen yang ada pada korek api bekas. Kadang juga memanfaatkan gayung bekas.

"Ada beberapa komponen korek yang enggak cocok untuk part suatu robot, tapi bisa dipakai untuk part miniatur hewan. Jadi, satu bahan bisa untuk beberapa model," ujar Edi dalam percakapan telepon, Rabu (8/9/2021).

Hasil kreasinya itu pun cukup bagus dan detail. Penguatan estetikanya juga dilakukan dengan penambahan cat warna-warni.

Hasil kreasinya itu dijual dengan memanfaatkan media sosial maupun lokapasar dengan harga kisaran Rp 50.000 sampai Rp 200.000.

Pola pemasarannya yang menggunakan internet tersebut mampu menembus sekat-sekat jarak dan pelanggannya cukup puas. Itu setidaknya terlihat dari adanya pembeli yang sampai dua kali memesan produknya.

Edi Santoso saat merakit robot mainan dari korek bekas.Dokumen Edi Santoso Edi Santoso saat merakit robot mainan dari korek bekas.

Edi Belajar Secara Otodidak

Edi mengaku sebenarnya belum lama berkecimpung dalam dunia kreasi itu, sekitar empat tahun lalu.

Keahlian itu pun menurutnya tidak ada yang melalui pendidikan formal. Semua dilakukannya secara otodidak berdasarkan percobaan.

Baca juga: Mahasiswa Unesa Sulap Limbah Spanduk Jadi Tas Unik, Ini Pesan di Balik Inovasi Mereka

"Kadang juga lihat model-model yang ada di YouTube, untuk inspirasi," lanjut pemuda lulusan sekolah menengah pertama itu.

Mulanya, Edi hanya membuat barang-barang sederhana. Ternyata, karya tersebut dibeli orang, meski dengan harga murah.

Dari situ, ia semakin semangat dan termotivasi terus memproduksi dan membenahi produknya.

Apalagi saat produk-produknya mulai dicari, ia semakin meyakini dan memantapkan diri terjun ke profesinya itu.

Kendala Pengembangan

Edi mengatakan, kendala terbesar adalah ketersediaan tabung korek gas. Apalagi dalam satu kreasi, miniatur kalajengking misalnya, bisa membutuhkannya sedikitnya 180 buah tabung korek gas.

Selama ini, bahan itu banyak disuplai para tetangga yang mendukung langkahnya itu. Namun jumlahnya tentu masih kurang dibandingkan kebutuhannya.

Korek gas bekas yang digunakan Edi Santoso untuk merakit aneka macan mainan.Dokumen Edi Santoso Korek gas bekas yang digunakan Edi Santoso untuk merakit aneka macan mainan.

Bahkan melalui bapaknya, Bejo, Edi sudah mencoba untuk menggali kemungkinan ketersediaan stok dari para pengepul rongsokan, tapi tetap saja kesulitan karena memang tidak ada pengepul khusus korek api.

"Di tempat rosok juga susah," lanjut Edi yang didukung penuh bapaknya itu.

 

Karena kekurangan bahan dasar itu pula, dalam setiap bulannya ia hanya mampu memproduksi maksimal dua kreasi saja.

Rencana Pengembangan

Edi yang dalam mobilitas kesehariannya menggunakan kursi roda ini cukup semangat mengembangkan kreativitasnya sebagai titian kemandirian.

Miniatur kalajengking dari korek gas bekas rakitan Edi SantosoDokumen Edi Santoso Miniatur kalajengking dari korek gas bekas rakitan Edi Santoso

Ia mengaku akan memanfaatkan beberapa media sosial sebagai etalase usahanya. Beberapa akun itu misalnya Edi San untuk akun Facebook dan @banyakwaktu_luang pada akun Instagramnya.

"Untuk channel YouTube, masih belum punya karena keterbatasan alat, yaitu HP yang tidak mendukung," ujar Edi yang menggunakan kursi roda sejak lulus SMP itu.

Baca juga: Cerita Pria di Kediri yang Menambal Jalan Berlubang, Pakai Dana Pribadi hingga Berkeliling Sendiri

Respons Pemangku Kebijakan

Jalan kemandirian yang tengah direngkuh oleh Edi Santoso ini memang perlu terus didukung. Fasilitasi juga diperlukan terutama dari pemangku kebijakan.

Kepala Bidang Rehabilitasi Dinas Sosial Pemerintah Kabupaten Kediri Dyah Satiana mengatakan, Edi memang mempunyai potensi pengembangan sebagai suatu usaha.

Untuk menuju upaya itu, menurutnya, bisa dilakukan dengan pengajuan proposal usaha yang sifatnya usulan dari desa.

"Secepatnya saja diusulkan," ujar Dyah Satiana lewat pesan instan, Rabu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com