Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Kopi Organik Banyuwangi yang Ditanam di Kaki Gunung Ijen, Ini Keunggulannya...

Kompas.com - 08/09/2021, 16:12 WIB
Kontributor Banyuwangi, Imam Rosidin,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Komoditas kopi Banyuwangi sukses meraih sertifikasi organik.

Kopi tersebut dikembangkan kelompok tani (Poktan) Kopi Rejo dari Desa Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, yang berada di kaki Gunung Ijen.

Poktan Kopi Rejo menerima dua sertifikat organik, yakni sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) dari lembaga sertifikasi Icert Bogor.

Kemudian sertifikat Ekspor Uni Eropa yang diterbitkan ACT (Organic Agriculture Certification Thailand), lembaga sertifikasi organik yang berbasis di Thailand.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, Arief Setyawan mengatakan Poktan Kopi Rejo secara legal dan konsisten telah memenuhi persyaratan memproduksi kopi organik.

"Ini pencapaian yang membanggakan bagi Banyuwangi yang tengah getol mengembangkan budidaya kopi organik,” kata Arief, Rabu (8/9/2021).

Lembaga Icert menyatakan, kopi yang diproduksi dengan merek Kopi Lego itu dinyatakan bebas pestisida dan pupuk kimia.

Hal ini berdasarkan pedoman SNI 6729:2016, Permentan Nomor 64/2013, dan Perka BPOM I/2017.

Baca juga: Kerangka Ditemukan di Hutan Lindung Banyuwangi, Diduga Sudah Meninggal 6 Bulan Lalu

Adapun lembaga ACT Thailand menyebut, Kopi Lego telah memenuhi standar pasar Uni Eropa (UE) karena telah sesuai dengan ketentuan standar organik Amerika Serikat dan Canada.

Artinya produk Kopi Lego sudah layak ekspor ke pasar Uni Eropa.

"Ini membuktikan, kopi rakyat Banyuwangi tidak kalah dengan produk kopi milik perkebunan,” ujar Arief.

Lahan kopi yang dikembangkan Kopi Rejo seluas 32,5 hektar.

Adapun produk yang disertifikasi adalah kopi robusta dan ekselsa dalam bentuk biji kopi (green bean), biji yang sudah disangrai, dan bubuk kopi.

Menurut Arief, budidaya kopi dengan sistem organik sangat menguntungkan petani.

“Saat masih nonorganik, produksinya 700-800 kuintal per hektar. Sekarang menjadi 1,3 ton per hektar,” ujarnya.

 

Harga kopi organik di pasaran pun lebih tinggi, mencapai Rp 40.000 per kg. Sedangkan kopi biasa sekitar Rp 30.000 per kg.

"Tentu ini meningkatkan kesejahteraan petani,” ujar Arief.

Dinas Pertanian Banyuwangi, imbuh Arief, terus berupaya memperluas budidaya kopi organik. Roadmap pengembangan dalam waktu dekat adalah pengajuan sertifikat indikasi geografis (IG).

Sertifikat IG dibutuhkan agar produk organik Banyuwangi yang telah tersertifikasi ini bisa merambah ekspor dengan identitas Banyuwangi.

"IG ini penting sebagai peneguhan identitas kopi asli Banyuwangi,” kata Arief.

Sementara itu, Ketua Poktan Kopi Rejo Taufik menjelaskan, penerapan sistem budidaya kopi organik ini telah dirintis sejak 2016.

Baca juga: Banyuwangi Turun PPKM Level 2, Kadinkes: Angka Positif Bisa Naik Lagi kalau Kita Teledor

Anggota poktan ini berkomitmen tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia.

"Kami memilih menggunakan pupuk kompos dari kotoran kambing. Kebetulan di Desa Gombengsari banyak peternak kambing sehingga mudah mendapatkan bahan bakunya,” ujar Taufik.

Perjalanan yang tak mudah

Taufik lantas menceritakan upayanya mendapatkan pengakuan kopi organiknya yang tidak mudah.

“Kami melewati penilaian tiga tahun untuk mendapatkan sertifikasi organik. Kami selalu konsisten menerapkan pertanian organik mulai budidaya, panen, hingga pasca panen. Sama sekali tidak menggunakan bahan kimia. Alhamdulillah produk kami terbukti bebas kimia,” urai Taufik.

Taufik memaparkan, keberhasilan mendapatkan sertifikat tersebut tak lepas dari dukungan pemerintah.

Selama proses penilaian, kata dia, BBPPTP Surabaya bersama Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi terus mendampingi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua DPD Golkar Kalbar Dipastikan Tak Maju Jadi Calon Gubernur

Ketua DPD Golkar Kalbar Dipastikan Tak Maju Jadi Calon Gubernur

Regional
Pria di Kubu Raya Diduga Bunuh Mantan Istri, Pelaku Belum Tertangkap

Pria di Kubu Raya Diduga Bunuh Mantan Istri, Pelaku Belum Tertangkap

Regional
Bumi Perkemahan Sukamantri di Bogor: Daya Tarik, Fasilitas, dan Rute

Bumi Perkemahan Sukamantri di Bogor: Daya Tarik, Fasilitas, dan Rute

Regional
Aduan Tarif Parkir 'Ngepruk' di Solo Selama Lebaran Minim, Dishub: Tim Saber Pungli Kita Turunkan Semua

Aduan Tarif Parkir "Ngepruk" di Solo Selama Lebaran Minim, Dishub: Tim Saber Pungli Kita Turunkan Semua

Regional
Detik-detik Kecelakaan ALS, Bus Melambat, Oleng, Lalu Terbalik

Detik-detik Kecelakaan ALS, Bus Melambat, Oleng, Lalu Terbalik

Regional
Pemkot Ambon Tak Berlakukan WFH bagi ASN Usai Libur Lebaran

Pemkot Ambon Tak Berlakukan WFH bagi ASN Usai Libur Lebaran

Regional
5 Unit Rumah Semipermanen di Ende Ludes Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

5 Unit Rumah Semipermanen di Ende Ludes Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

Regional
Sungai Meluap, 4 Desa di Sikka Terdampak Banjir

Sungai Meluap, 4 Desa di Sikka Terdampak Banjir

Regional
Daftar 20 Korban Tewas Tragedi Bencana Longsor di Tana Toraja

Daftar 20 Korban Tewas Tragedi Bencana Longsor di Tana Toraja

Regional
Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Regional
Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Regional
2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

Regional
Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Regional
Pangdam Kasuari Ingatkan Prajurit Kodam Tetap Waspada setelah Perubahan KKB Jadi OPM

Pangdam Kasuari Ingatkan Prajurit Kodam Tetap Waspada setelah Perubahan KKB Jadi OPM

Regional
Mentan Puji Merauke sebagai Surganya Pertanian

Mentan Puji Merauke sebagai Surganya Pertanian

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com