Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Termenung, Merem Pasrah Lihat Lahan yang 26 Tahun Digarapnya Digusur Alat Berat, Dijadikan Akses ke Sirkuit Mandalika

Kompas.com - 08/09/2021, 11:10 WIB
Idham Khalid,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

LOMBOK TENGAH, KOMPAS.com-  Merem (43) tampak duduk termenung dengan wajah muram, Senin (6/9/2021).

Dari jarak 100 meter, matanya tak lepas menatap alat-alat berat yang sedang meratakan tanah.

Bagaimana tidak, lahan di Dusun Nandus, Desa Mertak, Lombok Tengah itu menjadi tempatnya mengais rezeki dan memberi makan keluarganya.

Kebun yang ia tanami kacang-kacangan selama puluhan tahun tersebut, diratakan dalam sekejap.

Tempat itu akan disulap menjadi akses jalan menuju ke lokasi Sirkuit MotoGP Mandalika.

"Tadi pas mau keluar isi bensin, dari jalan raya, eh baru tahu kalau tanah saya sudah digusur alat berat," ujar Merem pilu.

Baca juga: Mereka yang Masih Tinggal di Lingkaran Sirkuit MotoGP Mandalika...

Menggarap sawah sejak 26 tahun lalu

Ilustrasi berkebunPexels Ilustrasi berkebun

Merem mengenang kembali, peristiwa puluhan tahun lalu.

Pada tahun 1995, Merem mulai menggarap sawah di tempat itu. Dahulu lokasi tersebut berupa rawa-rawa.

Merem masih ingat betul, lantaran bertepatan dengan kelahiran anak pertamanya.

"Awalnya kan tanah ini telantar, dulu ini rawa-rawa tempat kandang kerbau, terus lama-lama kita garap," tutur dia.

Ketika itu, bercocok tanam menjadi satu-satunya mata pencarian Merem untuk menghidupi anak istrinya.

"Sejak anak pertama saya lahir 26 tahun lalu, saya garap tanah ini, tanam padi, kacang-kacangan untuk hidup," kenang Merem.

Baca juga: Warga yang Ditangkap Saat Adang Alat Berat di Proyek Jalan ke Sirkuit Mandalika Telah Dibebaskan

 

amaq Merem saat duduk melihat tanahnya digusurKOMPAS.COM/IDHAM KHALID amaq Merem saat duduk melihat tanahnya digusur
Hanya bisa pasrah

Merem kini hanya bisa termenung tanpa bisa berbuat banyak, melihat lahan yang dia garap puluhan tahun digusur.

Merem pasrah lantaran tidak memiliki dokumen-dokumen kepemilikan tanah, meski telah puluhan tahun menggantungkan hidup dari bercocok tanam di lokasi itu.

Dia mau tak mau harus merelakan lahan tersebut diubah menjadi akses jalan menuju Sirkuit MotoGP Mandalika.

"Kami tak bisa melawan karena kami tak punya surat-surat, tanah yang kami garap sekitar 60 are," tutur dia.

Merem berharap pihak Indonesia Tourism Development Coorpotarion (ITDC) selaku pengelola memberikan solusi.

Setidaknya, dengan mengganti tanaman yang selama ini dirawatnya.

“Rasa sedih pasti ada, kami berharap tanaman kita diganti rugilah sama ITDC,” kata Merem.

Baca juga: Presiden Jokowi Minta Vaksinasi Warga di Sekitar Sirkuit Mandalika NTB Segera Diselesaikan

Warga adang alat berat

Amaq Gonjong saat melakukan penghadangan terhadap alat beratdokumen Warga Amaq Gonjong saat melakukan penghadangan terhadap alat berat

Sebelumnya diberitakan seorang warga Dusun Nandus, Gonjong (60) juga menolak penggusuran yang dilakukan ITDC.

Menurut Gonjong, ia belum menerima bayaran atas tanah yang dimilikinya, sejak surat  atas kepemilikan hak diambil oleh Indonesia ITDC selaku pemegang Kawan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.

"Ceritanya dulu tanah ini mau dijual, surat-suratnya diambil oleh ITDC, tapi setelah diambil kok tidak dibayar-bayar samapai sekarang, makanya kami masih menempati lahan ini," kata Gonjong.

Gonjong bahkan menyampaikan, dirinya rela dikuburkan dengan alat berat di tanah tersebut, sebagai tanda bahwa ia membela haknya dan tidak pernah menerima bayaran sepeser pun dari ITDC.

"Saya minta petugas, buatkan saya lubang  kuburan di sini dengan kato itu, biar saya mati di sini sekalian agar saya tidak melihat tanah saya digusur dan diambil," kata Gonjong.

Baca juga: Aksi Protes Pembangunan Jalan Pendukung Sirkuit Mandalika, Warga Adang Alat Berat hingga Rela Dikubur

Sementara itu Kepala Desa Mertak Moh Syahnan menyampaikan, dirinya telah mempertemukan warga dengan pihak ITDC untuk dimediasi.

Syahnan menyampaikan, dia tidak bisa berbuat banyak atas penggusuran lahan sawah yang menimpa warganya.

Sebab menurutnya di satu sisi mereka tidak mempunyai bukti kepemilikan, dan pihak ITDC tidak memberikan bukti surat jual beli atas penguasaan Hak Pengelolaan Lahan (HPL)

“Jadi saya sendiri tidak bisa mengambil langkah banyak, satu sisi warga saya tidak mempunya alat bukti untuk mempertahankan tanahnya, satu sisi juga ITDC tidak memberikan bukti jual beli atas penguasaan HPL,” kata Syahnan dikonfirmasi melalui telepon, Rabu (8/9/2021)

Syahnan berharap ada penyelesaian yang lebih bijak dari ITDC, agar masyarakat tidak merasa dirugikan atas tanah yang selama ini dimiliki puluhan warga Nandus.

“Kita berharap selain jalur hukum, kita bisa musyawarahkan bagaimana kita selesaikan persoalan tanah ini dengan baik, tanpa memberikan rasa kecewa pada masyarakat,” Syahnan.

Baca juga: Cerita Rinayu, Nenek yang Tetap Menenun di Lingkaran Sirkuit MotoGP Mandalika

Sebelumnya, Pihak ITDC menanggapi persoalan warga yang masih tinggal baik di lahan enclave atau yang masih mendiami bersetaus Hak Pengelolaan Lahan (HPL)

VP Corporate Secretary ITDC I Made Agus Dwiatmika menerangkan, dalam setiap kegiatannya ITDC selalu mengikuti prosedur hukum,

Disamapaikan Agus, lahan yang HPL sudah selesai dibebaskan, kendati demikian beberapa warga masih menepatinya.

"ITDC dalam setiap kegiatannya selalu mengikuti aturan dan ketentuan hukum yang berlaku. Selain itu, seluruh lahan yang masuk dalam HPL atas nama ITDC telah berstatus clear and clean, tetapi sebagian masih dihuni warga," kata Agus dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (21/8/2021)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pilkada Nunukan, Ini Syarat Dukungan Jalur Partai dan Independen

Pilkada Nunukan, Ini Syarat Dukungan Jalur Partai dan Independen

Regional
Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Regional
Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Regional
Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Regional
Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Regional
Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Regional
Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Regional
Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Regional
Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Regional
Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Regional
Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Regional
Sering Diteror Saat Mencuci di Sungai, Warga Tangkap Buaya Muara Sepanjang 1,5 Meter

Sering Diteror Saat Mencuci di Sungai, Warga Tangkap Buaya Muara Sepanjang 1,5 Meter

Regional
Ditunjuk PAN, Bima Arya Siap Ikut Kontestasi Pilkada Jabar 2024

Ditunjuk PAN, Bima Arya Siap Ikut Kontestasi Pilkada Jabar 2024

Regional
Diduga Depresi Tak Mampu Cukupi Kebutuhan Keluarga, Pria di Nunukan Nekat Gantung Diri, Ditemukan oleh Anaknya Sendiri

Diduga Depresi Tak Mampu Cukupi Kebutuhan Keluarga, Pria di Nunukan Nekat Gantung Diri, Ditemukan oleh Anaknya Sendiri

Regional
Sikapi Pelecehan Seksual di Kampus, Mahasiswa Universitas Pattimura Gelar Aksi Bisu

Sikapi Pelecehan Seksual di Kampus, Mahasiswa Universitas Pattimura Gelar Aksi Bisu

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com