KLATEN, KOMPAS.com - Terowongan kuno diduga peninggalan zaman Belanda ditemukan di Desa Sabrang Lor, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Penemuan terowongan bermula ada pengerukan tanah proyek pembangunan destinasi wisata berupa kolam pemancingan dan sentra kuliner desa setempat.
Adapun lahan tanah yang digali dengan menggunakan alat berat itu dahulunya bekas embung yang sudah lama tidak terpakai.
Pj Kepala Desa (Kades) Sabrang Lor Budi Andrianto mengatakan, tidak tahu kalau lahan bekas embung kuno peninggalan Belanda itu ada terowongan.
Baca juga: Begini Penampakan Terowongan di Klaten yang Diduga Peninggalan Belanda
Menurutnya, lahan itu dahulunya merupakan embung buatan Belanda yang difungsikan sebagai irigasi atau pengairan tanaman tembakau.
"Dulunya ini embung. Tapi lama tidak terpakai (mangkrak) puluhan tahun. Kalau dilihat bangunan Belanda. Dulu sini perkebunan tembakau. Jadi mungkin untuk pengairan zaman Belanda," kata Budi di lokasi penemuan terowongan di Desa Sabrang Lor, Klaten, Selasa (7/9/2021).
Terowongan tersebut memiliki diameter dua meter dengan dinding bangunan berupa batu bata.
Budi mengatakan, terowongan ditemukan warga setelah empat hari pengerjaan proyek atau tepatnya sekitar akhir Agustus 2021.
"Kami tanya informasinya hanya saluran air zaman Belanda. Karena struktur bangunannya itu zaman Belanda," ungkap dia.
Sejauh ini, kata dia, baru Dinas Pariwisata Klaten yang sudah ke lokasi untuk mengecek lokasi ditemukannya terowongan diduga peninggalan Belanda itu.
"Kemarin kelihatannya diambil sampel bahannya mungkin untuk diteliti lebih lanjut apa gimana. Sampai saat ini belum ada konfirmasi," terang dia.
Karena belum ada informasi lebih lanjut mengenai terowongan itu, Budi mengatakan belum berani mengerjakan proyek di sekitar terowongan.
"Kita hanya menemukan setengah lingkarannya. Untuk ke bawah saya yakin juga ada itu. Namun, kami juga tidak berani mengerjakan itu karena bukan fokus kami. Fokus kami di embungnya ini," ungkap Budi.
Selain terowongan, kata Budi, warga menemukan ikan berukuran besar dan bulus atau kura-kura di sekitar lokasi penggerukan tanah bekas embung tersebut.
"Iya, warga ada yang menemukan ikan jenis toman atau apa varietas dari Kalimantan. Kalau di sini termasuk langka karena memang bukan daerahnya," katanya.
Bahkan, kata Budi ikan toman tersebut sempat ditawar orang dengan harga antara Rp 5 juta hingga Rp 7 juta. Tetapi, warga yang menemukan ikan itu tidak memberikannya.
"Ikannya masih hidup. Sekarang masih dipelihara warga. Panjang sekitar 80 sentimeter," kata Budi.
Lebih lanjut, Budi menerangkan, proyek pembangunan destinasi wisata berupa kolam pemancingan dan kuliner dibiayai dengan menggunakan anggaran dana desa.
"Kami menargetkan tiga tahun anggaran selesai. Tahap pertama ini pembersihan dan pembuatan talud dengan nilai anggaran Rp 190 juta," kata Budi.
Anggota Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya Jateng yang juga Kepala Unit Candi Sewu Deny Wahju Hidayat mengatakan, sudah menerima laporan dari warga terkait penemuan terowongan diduga peninggalan Belanda.
"Kita akan tinjau ke lapangan. Bangunannya itu struktur cagar budaya. Kalau dilihat dari lokasinya memang untuk pertanian. Era Belanda itu memang selalu membuat fasilitas yang mendukung keuntungan," terang dia.
Deny mengatakan akan berkoordinasi dengan dinas terkait di Klaten dan masyarakat untuk mengamankan keberadaan bangunan cagar budaya itu.
Karena peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam merawat sekaligus melestarikan bangunan cagar budaya.
"Peran masyarakat untuk pelestarian cagar budaya itu diwajibkan. Jadi peran desa sangat diharapkan untuk ikut melestarikan bangunan cagar budaya," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.