Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menambang Batu, Guru Olahraga di Kulon Progo Temukan Benda yang Diduga Tulang Purba

Kompas.com - 06/09/2021, 20:43 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

 

KULON PROGO, KOMPAS.com – Seorang guru olahraga hari-hari menyambi menambang batu gunung secara mandiri di halaman rumahnya pada Pedukuhan VI, Kalurahan Krembangan, Kapanewon Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Saat menambang, guru bernama Tumijo (58) itu menemukan benda diduga tulang namun sudah membatu.

Bagi Tumijo, bentuk, dimensi dan berat yang tidak wajar membuat ia meyakini benda itu fosil tulang usia sangat lama. Bentuknya besar.

“Perkiraannya fosil,” kata Tumijo di halaman rumahnya, Senin (6/9/2021).

Baca juga: Korban Tewas Kecelakaan Truk Pengangkut Batu di Tebing Breksi Sleman Jadi 6 orang

Penemuan berlangsung Jumat di akhir Agustus 2021. Ia turun menambang setelah tengah hari.

Ia memilih batu putih menonjol di kaki pohon trembesi yang menjulang sangat tinggi, saat itu.

"Terasa goyang, kok rasanya enak diangkat," kata Tumijan.

Saat menambang, ia selalu memakai palu dan pahat. Menurutnya, batu di antara akar pohon itu mudah sekali terlepas dengan beberapa kali pukulan saja.

Batu menampakkan bentuk tidak biasa, namun lebih keras dan batu lebih berat. Ia hati-hati melepaskan dari batu putih itu. Benda membatu itu tidak lebih besar dari bola basket, namun berat sekali.

"Dibanding batu sebesar itu bisa satu setengah kali lipat lebih berat. Beratnya bisa lima sampai enam kilogram satu potong ini," kata Tumijo.

Ia menemukan potongan lain tidak jauh dari temuan ini. Hanya saja temuan berikutnya lebih kecil, namun mirip.

Tumijo mencuci kedua batu temuan itu sehingga kelihatan batu memiliki pori-pori yang sangat banyak, seolah tulang keropos. Batu itu memiliki gurat memanjang beraturan. Beberapa sisi ada sisa batu putih yang masih menempel.

Bentuknya terlihat jelas seperti potongan ruas tulang belakang dengan ukuran raksasa. Karena itu, Tumijo menyimpulkan fosil tulang purba.

“Kalau diperhatikan bahwa itu batu tentu bukan, tapi lebih seperti struktur tulang pecah. Apalagi ada lubang-lubang seperti itu,” katanya.

Baca juga: Bersih-bersih Makam Tua, Warga Kulon Progo Temukan Batu-batu Mirip Gamelan

Ia kemudian memperkirakan itu tulang dari satwa besar.

"Hewan terbesar yang pernah ada sekarang gajah," kata Tumijo.

Temuan ini hanya jadi pajangan dalam rumah. Namun, saat seorang teman berkunjung malah tertarik dengan batu ini. Tamu meyakini batu itu fosil purba.

Sejak itu, tersiar kabar di lahan milik Tumijo ditemukan tulang purba.

Tidak sedikit warga ingin membuktikan kebenaran kabar tersebut. Terlebih ketika video sudah tersebar di media sosial.

Hartana warga Pedukuhan Jatirejo, Kalurahan Jatirejo, Lendah. Ia tertarik ingin melihat seberapa besar tulang itu.

"Saya mengangkat kok seperti batu hitam beratnya. Tidak seperti batu kapur putih," kata Hartana, “Mungkin dulunya ada binatang purba,” kata Hartana.

Ia mengharapkan, dinas terkait merespon temuan ini. "Ini memerlukan perhatian sebagai tindak lanjut berikutnya," kata Hartana.

Penambang mandiri

Tumijo tinggal di Krembangan sejak 2000, sepulang dari NTB. Di Mataram, ia jadi guru SMA Negeri 4.

Tumijo pulang kampung untuk merawat orangtua yang sudah sepuh. Ia pindah mengajar ke SMP Negeri 1 Panjatan, sampai sekarang.

Kegiatan menambang batu dilakukan selepas kegiatan sekolah atau libur. Tumijo menghasilkan Rp 500.000 setiap pekan dari menambang batu ini.

Lahan memang dikaruniai tanah dengan batu berlapis-lapis di bawahnya. Warga menyebutnya batu putih, semacam batu gamping. Biasanya dipakai untuk pondasi.

Ia bekerja di lahan kontur miring seluas 2.200 meter persegi. Lahan ini sekaligus kebun pohon jati, pohon mahoni dan sebagian pohon kelapa.

Baca juga: Pria Ini Temukan Granat Nanas Aktif Sisa Perang di Sungai Gunungkidul, Awalnya Dikira Batu

Di penemuan pertama tulang, awalnya ia berniat meratakan tanah pemberian orangtua. Ia malah menemukan tulang raksasa yang diduga bagian tulang kaki dari satwa. Tulang itu juga sudah membatu.

Sayangnya, ia tak tahu hendak diapakan temuan ini, lagipula tulang yang menyatu batu itu sudah pecah. Ia menjual batu itu begitu saja sebagai batu pondasi.

Orangtuanya menceritakan bahwa tulang itu satwa badak.

"Bapak saya almarhum mengatakan itu balung warak (sebutan warga pada satwa badak), karena di sini hutan belantara, di kontur tanah miring tanah jadi larut. Itu tulang kaki panjang segini,” kata Tumijo.

Eko Wahyu (29) anak dari Tumijo. Ia menceritakan penemuan benda diduga fosil tulang tidak hanya sekali. Ayahnya sudah menemukan empat kali temuan serupa. Semuanya mirip tulang besar sudah membatu.

Hanya tulang dari penemuan terakhir yang berhasil diselamatkan dan disimpan. “Hanya ini yang hasilnya utuh,” kata Eko.

Tumijo berharap penemuan ini menarik kalangan yang berkecimpung meneliti benda serupa. Dengan demikian, suatu hari nanti bisa terungkap kehidupan masa lalu di kawasannya. "Sebagai pembelajaran di masa depan," kata Tumijo.

Sementara ini, ia menyimpan dengan baik fosil tulang. Selain sebagai kenang-kenangan, benda ini jadi pengingat kerja keras dari salah satu pekerjaan yang digelutinya selama ini.

Temuan ini viral di media sosial

Kepala Bidang Warisan Budaya Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kulon Progo, Siti Isnaini mengharapkan, penemu batu bisa mengkomunikasikan temuannya pada para ahli paleontologi. Ini adalah ilmu yang mempelajari kehidupan praaksara.

Selain itu, komunitas pemerhati di bidang ini banyak dan tentu bisa membantu.

“Temuan ini sepertinya lebih pada fosil, jadi bisa langsung komunikasi dengan para penelitinya di palentologi,” kata Isna di ujung telepon.

Dengan bisa diteliti lebih jauh, maka diharapkan bisa ditentukan langkah selanjutnya untuk kawasan penemuan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kronologi Hilangnya Gadis Asal Karanganyar di Malam Takbiran hingga Ditemukan Tewas Tertutup Plastik

Kronologi Hilangnya Gadis Asal Karanganyar di Malam Takbiran hingga Ditemukan Tewas Tertutup Plastik

Regional
Ketua DPD Golkar Kalbar Dipastikan Tak Maju Jadi Calon Gubernur

Ketua DPD Golkar Kalbar Dipastikan Tak Maju Jadi Calon Gubernur

Regional
Pria di Kubu Raya Diduga Bunuh Mantan Istri, Pelaku Belum Tertangkap

Pria di Kubu Raya Diduga Bunuh Mantan Istri, Pelaku Belum Tertangkap

Regional
Bumi Perkemahan Sukamantri di Bogor: Daya Tarik, Fasilitas, dan Rute

Bumi Perkemahan Sukamantri di Bogor: Daya Tarik, Fasilitas, dan Rute

Regional
Aduan Tarif Parkir 'Ngepruk' di Solo Selama Lebaran Minim, Dishub: Tim Saber Pungli Kita Turunkan Semua

Aduan Tarif Parkir "Ngepruk" di Solo Selama Lebaran Minim, Dishub: Tim Saber Pungli Kita Turunkan Semua

Regional
Detik-detik Kecelakaan ALS, Bus Melambat, Oleng, Lalu Terbalik

Detik-detik Kecelakaan ALS, Bus Melambat, Oleng, Lalu Terbalik

Regional
Pemkot Ambon Tak Berlakukan WFH bagi ASN Usai Libur Lebaran

Pemkot Ambon Tak Berlakukan WFH bagi ASN Usai Libur Lebaran

Regional
5 Unit Rumah Semipermanen di Ende Ludes Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

5 Unit Rumah Semipermanen di Ende Ludes Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

Regional
Sungai Meluap, 4 Desa di Sikka Terdampak Banjir

Sungai Meluap, 4 Desa di Sikka Terdampak Banjir

Regional
Daftar 20 Korban Tewas Tragedi Bencana Longsor di Tana Toraja

Daftar 20 Korban Tewas Tragedi Bencana Longsor di Tana Toraja

Regional
Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Regional
Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Regional
2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

Regional
Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Regional
Pangdam Kasuari Ingatkan Prajurit Kodam Tetap Waspada setelah Perubahan KKB Jadi OPM

Pangdam Kasuari Ingatkan Prajurit Kodam Tetap Waspada setelah Perubahan KKB Jadi OPM

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com