"Bapak saya almarhum mengatakan itu balung warak (sebutan warga pada satwa badak), karena di sini hutan belantara, di kontur tanah miring tanah jadi larut. Itu tulang kaki panjang segini,” kata Tumijo.
Eko Wahyu (29) anak dari Tumijo. Ia menceritakan penemuan benda diduga fosil tulang tidak hanya sekali. Ayahnya sudah menemukan empat kali temuan serupa. Semuanya mirip tulang besar sudah membatu.
Hanya tulang dari penemuan terakhir yang berhasil diselamatkan dan disimpan. “Hanya ini yang hasilnya utuh,” kata Eko.
Tumijo berharap penemuan ini menarik kalangan yang berkecimpung meneliti benda serupa. Dengan demikian, suatu hari nanti bisa terungkap kehidupan masa lalu di kawasannya. "Sebagai pembelajaran di masa depan," kata Tumijo.
Sementara ini, ia menyimpan dengan baik fosil tulang. Selain sebagai kenang-kenangan, benda ini jadi pengingat kerja keras dari salah satu pekerjaan yang digelutinya selama ini.
Kepala Bidang Warisan Budaya Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kulon Progo, Siti Isnaini mengharapkan, penemu batu bisa mengkomunikasikan temuannya pada para ahli paleontologi. Ini adalah ilmu yang mempelajari kehidupan praaksara.
Selain itu, komunitas pemerhati di bidang ini banyak dan tentu bisa membantu.
“Temuan ini sepertinya lebih pada fosil, jadi bisa langsung komunikasi dengan para penelitinya di palentologi,” kata Isna di ujung telepon.
Dengan bisa diteliti lebih jauh, maka diharapkan bisa ditentukan langkah selanjutnya untuk kawasan penemuan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.