KOMPAS.com - Warga kembali melakukan aksi protes menolak pembangunan jalan pendukung menuju Sirkuit MotoGP Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Tak hanya mengadang alat berat yang akan melakukan penggusuran, ada warga yang bahkan rela tidur di tanah dan mengaku siap dikubur.
Warga Dusun Nandus, Desa Mertak, Lombok Tengah bernama Gonjong (60) itu mengaku rela dikuburkan di tanah karena tak pernah menerima bayaran lahan.
"Saya minta petugas, buatkan saya lubang kuburan di sini dengan kato itu, biar saya mati di sini sekalian agar saya tidak melihat tanah saya digusur dan diambil," kata Gonjong, Minggu (5/9/2021).
Gonjong tak sendiri, ada puluhan warga yang juga melakukan protes hingga mengadang alat berat.
Mereka juga mengaku belum menerima pembayaran tanah dari Indonesia Tourism Development Corporition (ITDC) selaku pemegang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.
Gonjong menyebutkan, pengukuran lahan yang sudah dilakukan pun bermasalah. Menurutnya, lahannya yang seluas 1 hektare hanya dihitung 70 are.
"Ceritanya dulu tanah ini mau dijual, surat-suratnya diambil oleh ITDC, tapi setelah diambil kok tidak dibayar-bayar sampai sekarang, makanya kami masih menempati lahan ini," kata Gonjong.
Pemerintah desa hanya bisa menengahi
Kepala Desa Mertak Moh Syahnan mengaku hanya bisa menengahi adanya protes warga dengan penggusuran itu.
"Kalau saya selaku Kades hanya bisa menengahi persoalan ini, kita musyawarahkan bersama bagaimana jalan keluar terhadap kasus ini," kata Syahnan.
Dia juga menegaskan tidak membela salah satu pihak, sebab menurutnya belum ada kejelasaan terkait kepemilikan lahan itu.
"Satu sisi warga memang tidak mempunyai alas hak kepemilikan, satu sisi juga ITDC tidak menunjukkan surat atas pelepasan hak jual beli, kepada siapa lahan ini mereka beli, jadi kami posisinya menengahi," kata Syahnan.