AMBON, KOMPAS.com - Vaksinasi bagi warga di Provinsi Maluku masih berjalan lambat. Hingga kini warga yang telah menerima vaksin baru mencapai 20 persen dari total jumlah sasaran vaksinasi sebanyak 1,4 juta orang.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku, dr Adonia Rerung mengatakan dari 11 kabupaten/kota di Maluku hanya Kota Ambon yang sangat massif melakukan vaksinasi bagi warganya, sedangkan daerah lain masih berjalan lambat.
“Vaksinasi di Maluku berjalan sangat lambat sekali, hanya Kota Ambon yang sudah melebihi 50 persen,” kata Doni kepada Kompas.com via telepon seluler, Minggu (5/9/2021).
Baca juga: Minta Warga Serahkan Senjata Api Sisa Konflik, Polda Maluku: Kalau Sukarela Akan Kami Lindungi...
Doni mengungkapkan ada banyak faktor yang menjadi kendala sehingga vaksinasi terhadap warga khususnya di beberapa kabupaten berjalan lambat.
Pertama, soal geografis wilayah Maluku yang terdiri dari pulau-pulau yang sulit dijangkau.
Menurut Doni banyak warga yang sulit mendapatkan vaksin karena akses transportasi ke pulau-pulau kurang memadai untuk menjangkau mereka.
Baca juga: Khofifah Percepat Vaksinasi Pelajar Jelang Pembelajaran Tatap Muka di Jatim
Akses ke pulau sulit dan ada kepala daerah kurang bergerak
“Ada yang memang belum bisa bergerak betul karena medannya yang sulit apalagi di wilayah pulau-pulau,” ujarnya.
Kedua, peran kepala daerah dan perangkatnya di beberapa kabupaten di Maluku dinilai kurang kreatif dan tidak maksimal menggalakkan vaksinasi.
Dia mencontohkan di Maluku Tengah misalnya, dari target 332.537 warga yang menjadi sasaran vaksinasi baru 28 ribu lebih warga atau 8 persen yang mengikuti vaksinasi.
“Maluku Tengah ini memang daerah yang paling rendah capaian vaksinasi. Mungkin kurang kreatif Maluku Tengah itu Pak Bupati bilang orang di sini tidak mau divaksin tapi kalau hanya sebatas mengeluh begitu tanpa upaya-upaya, sayang kan,” ungkapnya.
Ada warga yang masih takut divaksin
Berikutnya kata Doni masih ada warga di Maluku yang hingga kini masih takut untuk divaksin. Hal itu bisa terjadi karena kabar hoaks yang beredar melalui media social.
Selanjutnya faktor lainnya, kata Doni ada beberapa kabupaten yang terus melakukan vaksinasi tapi sayangnya data warga yang sudah menerima vaksin tidak bisa diinput di aplikasi yang terhubung dengan kementrian kesehatan dan satgas Covid-19.
Doni mencontohkan di Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kota Tual misalnya, dinas kesehatan setempat telah melaporkan stok vaksin telah habis diberikan ke warga.
“Kemarin dari Tual dan SBB mengaku kami sudah kehabisan vaksin tapi itu tifak diinput, alasannya sinyal dan sebagainya jadi akibatnya itu berpengaruh terhadap data capaian vaksinasi. Itu belum lagi seperti di Aru, MBD yang snagat jauh. Memang ada yang mengaku kehabisan vaksin dan minta lagi tapi datanya tidak berubah karena mereka tidak input,” ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.