Budidaya kelor, sampai diminta Gatot Nurmantyo "praktik" ke NTT
Dudi selanjutnya membuat lokasi penelitian sekaligus pembudidayaan kelor di sekitar desa hutan di Desa Ngawenombo, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora.
"Saya ingin mengaplikasikannya, kenapa karena desa hutan itu menjadi sumber tingginya angka malnutrisi, menjadi sumber tingginya angka kemiskinan di situ, padahal di situ mudah sekali ditanam kelor," terangnya.
Di sisi lain, Dudi mengaku diminta oleh Gatot Nurmantyo untuk mempraktekkan produksi kelor di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Pada saat itu tahun 2013 ke 2014 Pak Gatot Nurmantyo pada saat jadi KSAD, mengajak saya untuk mempraktekkannya di NTT, karena NTT angka malnutrisinya sangat tinggi 85 persen waktu itu, nah dipraktekkanlah di NTT. Ketika dipraktekkan di NTT, saya mulai menyebarkan informasi melalui kelorina.com, tentang apa itu kelor, propaganda penyadaran," kata dia..
Dirinya tercengang sebab informasi terkait kelor justru banyak dibaca oleh masyarakat golongan menengah ke atas, bukan masyarakat golongan menengah ke bawah.
"Mereka (masyarakat menengah ke atas) kaget 'lho di Indonesia ada kelor', mereka mengontak saya 'Pak Dudi ada produknya enggak', saya bingung 'produknya seperti apa'. Saya bikinlah dikeringkan, kemudian saya kirim ke mereka, kemudian mereka kirim uang, jadi bukan jual beli. Saya ngirim waktu itu 2 kg (produk Kelor), mereka kirimkan Rp 500 ribu, 'oh berarti per kilonya Rp 250 ribu hehehe," ujar Dudi menjelaskan.