Permintaan pasar tinggi
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Karya Makmur, Dadang Pramudya mengatakan, warga di Kecamatan Lawang sudah menanam alpukat pameling sejak tahun 2016.
Namun, warga masih kesulitan menemukan pasarnya.
"Dulu petani menjual hanya sekadarnya. Sekarang lebih dari itu, bisa ekspor dan diolah," katanya.
Karena permintaan pasar yang tinggi, banyak warga yang ikut menanam varietas unggulan itu.
"Dulu kami khawatir mau dijual kemana. Sekarang antusias karena sakarang sekilo (per kilogram) bisa Rp 30.000 lebih. Sekarang berbondong-bondong menanam," katanya.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso mengaku sudah mendengar ada varietas alpukat pameling sejak awal tahun yang lalu.
Dia berharap, akan terbangun ekosistem pengelolaan hasil pertanian sehingga alpukat itu tidak hanya dijual dalam bentuk buahnya, melainkan juga dalam bentuk hasil olahannya yang secara ekonomi nilai lebih tinggi.
"Sebenarnya bisa menjadi contoh untuk program optimalisasi kelompok petani yang akan menjadi satu ekosistem dalam pengembangan produk pertanian yang akan kami kembangkan bagaimana prosesingnya. Selain ini dijual alpukat untuk dimakan, tapi ini pasti ada ruang untuk proses menjadi second product yang lebih bisa menyerap tenaga kerja yang nanti akan dihubungankan dengan ekosistem ekspor," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.