Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapal Egon Akhirnya Tiba, tapi Puluhan Sopir yang Telantar 3 Bulan hingga Telur Ayam Menetas Tak Boleh Masuk

Kompas.com - 05/09/2021, 06:30 WIB
Fitri Rachmawati,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

LOMBOK BARAT, KOMPAS.com -Akhirnya Kapal Motor (KM) Egon yang ditunggu selama tiga bulan oleh puluhan sopir asal Sumba, Nusa Tenggara Timur, tiba di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, Sabtu (4/9/2021) pukul 16.00 Wita.

Sebanyak 30 truk ekspedisi boleh masuk ke kapal tersebut. Namun, dari jumlah itu, hanya tiga truk yang sebelumnya sudah menunggu sekitar tiga bulan yang boleh ikut berlayar.

Baca juga: Puluhan Sopir Truk Terlantar Menunggu Kapal di Lombok Barat, Berharap Ditolong Jokowi

Sementara sopir truk lainnya harus menunggu lagi hingga KM Egon kembali tiba pada 7 September 2021. 

Baca juga: Puluhan Sopir Truk Bertahan 3 Bulan Menunggu Kapal, Jual Cincin Kawin dan Telur Ayam yang Dibawa Menetas

Salah satu sopir truk, Adi Lado (43) mengatakan, alasan hanya sebagian truk yang diperbolehkan naik kapal, karena para sopir kesulitan mengisi aplikasi pembelian tiket secara online.

"Mestinya kami yang telah lama parkir di sini diutamakan, didahulukan, tapi yang baru tiba justru didahulukan. Hanya beberapa truk yang bisa masuk dari kami yang lama menunggu, karena kami kesulitan membeli tiket secara online," kata Adi.

Adi berharap pihak PT Pelni di Pelabuhan Lembar dapat membantu mengisi aplikasi pembelian tiket KM Egon.

Selain Adi, ada Yan Rara Lunggi (25), sopir truk yang juga gagal berlayar karena kesulitan mengisi aplikasi tiket online.

Yan yang sudah bertahan dengan menjual cincin kawinnya hanya berharap segera tiba di kampung halaman di Sumba dan bertemu Meriaty. istrinya.

Dia berharap pada 7 September nanti bisa naik kapal dan pulang ke Sumba.

Nasib berbeda dirasakan sopir truk bernama Umbu Domu Ninggeding (43). Pria ini berhasil masuk ke kapal.

Dia berusaha keras masuk ke kapal dengan alasan harus membawa barang donasi untuk korban bencana di Sumba, NTT.

"Ini saya berusaha bisa masuk kapal. Saya memaksakan diri karena saya telah tiga bulan terkatung-katung di parkiran truk ekspedisi di bekas bangunan jembatan timbang Lembar. Saya usaha sebisa saya bisa naik kapal ini. Saya sempat ribut dengan petugas pelabuhan karena dilarang naik. Tapi karena saya bawa donasi untuk korban bencana dan warga tak mampu, saya akhirnya bisa naik bermodal KTP saja," katanya.

Umbu mengaku dia dan sopir lainnya gagap teknologi. Ini yang membuat mereka kesulitan mengisi pembelian tiket secara online.

"Kalau bisa pihak atau petugas Pelni datang, bantu kami mengisi pembelian tiket online. Kawan-kawan siap langsung bayar tiketnya, harga tiket Rp 4,7 juta. Masalah kami semua itu ya saat isi-isi aplikasinya. Belum dapat nomor tiket sudah gagal atau hangus. Bukan hangus uangnya ya, tapi hangus nomor tiketnya," kata dia.

Minggu pukul 0.24 Wita, KM Egon meninggalkan Pelabuhan Lembar membawa sebagian sopir ekspedisi pulang ke kampung halaman mereka.

Puluhan sopir truk ekspedisi tujuan Jawa-Bali-Sumba telantar di Lombok Barat 2 hingga 3 bulan. Nasib mereka tak kunjung jelas mengingat jadwal KM Egon tujuan Sumba tak kunjung tiba. Para sopir kesulitan makan karena persediaan uang semakin menipis, Kamis (2/9/2021).KOMPAS.com/FITRI R Puluhan sopir truk ekspedisi tujuan Jawa-Bali-Sumba telantar di Lombok Barat 2 hingga 3 bulan. Nasib mereka tak kunjung jelas mengingat jadwal KM Egon tujuan Sumba tak kunjung tiba. Para sopir kesulitan makan karena persediaan uang semakin menipis, Kamis (2/9/2021).
 

Termasuk Umbu yang telah tiga bulan tertahan di Pelabuhan Lembar tanpa kejelasan.

Kapolsek KP3 Lembar Ipda Irvan Ronald yang dikonfirmasi terkait masalah yang dihadapi para sopir ekspedisi mengatakan, akan menindaklanjuti dan berkomunikasi dengan pihak Pelni.

Irvan menambahkan, memang hanya 30 truk yang bisa masuk ke KM Egon. Ini karena muatan sudah terisi dari Surabaya.

"Semuanya itu truk tertahan di sini yang masuk, cuma mungkin titik tunggunya tidak di lokasi parkir bekas jembatan timbang kemarin. Tanggal 7 nanti baru yang bisa muat banyak truk, karena langsung kembali dari NTT ke Lembar," kata Irvan.

Sebelumnya diberitakan, puluhan sopir truk telantar selama tiga bulan lantaran menunggu KM Egon.

Para sopir truk itu memarkirkan kendaraan mereka menunggu kapal di Jembatan Timbang, Pelabuhan Lembar.

Sebagian besar sopir lebih memilih menunggu kapal Egon di Pelabuhan Lembar daripada menuju Pelabuhan Kayangan menyeberang ke Pelabuhan Pototano Sumbawa, lalu ke Pelabuhan Sape Bima.

Adi Lado, salah satu sopir menuturkan, jika harus memakai rute alternatif itu, maka dari Sape, Bima, mereka mesti harus ke Labuan Bajo, Flores.

Dari Flores, mereka baru dapat menyeberang ke Sumba menggunakan kapal feri cucut.

Mereka membandingkan lamanya perjalanan antara Egon daripada kapal feri melalui Sape Bima ke Sumba.

Jika menaiki KM Egon, mereka hanya membutuhkan waktu 24 jam atau satu hari dari Lembar ke Sumba.

Sementara jika naik feri cucut, mereka butuh waktu 2 hari 2 malam dan belum tentu ada kapal feri dengan rute yang mereka inginkan. Mereka harus menunggu lama di Flores sebelum sampai di Waingapu.

Biaya juga membengkak jika mereka tidak menggunakan KM Egon.

Jika menggunakan kapal Egon, mereka bisa membeli tiket secara online Rp 4,3 juta.

Kemudian, membeli tiket untuk dua orang masing-masing seharga Rp 200.000 dan membeli BBM dari Lembar hingga ke Waingapu Rp 300.000.

Namun, jika menggunakan melalui jalur darat dan menyambung dengan kapal feri, biaya yang mereka keluarkan dari Kayangan ke Pototano hingga ke Sape menghabiskan Rp 600.000.

Kemudian, dari Sape ke Flores atau Labuan Bajo sebesar Rp 3,6 juta. Dari Labuan Bajo ke Pelabuhan Aimere, lalu ke Waingapu biayanya Rp 3,2 juta.

Sehingga, jika dikalkulasi, biayanya sudah Rp 7,4 juta. Itu belum termasuk biaya BBM yang harus dibeli mencapai Rp 820.000 dan beban kelelahan yang bisa dialami sopir dengan rute menyambung tersebut.

Untuk bertahan, puluhan sopir truk sampai menjual cincin kawin. Bahkan, telur ayam yang dibawa sampai menetas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Remaja 17 Tahun Bunuh Anggota Polisi di Losmen Lampung Tengah, Korban Sempat Dicekoki Miras

Remaja 17 Tahun Bunuh Anggota Polisi di Losmen Lampung Tengah, Korban Sempat Dicekoki Miras

Regional
Rute dan Tarif Bus Dieng Indah Executive Jakarta-Wonosobo

Rute dan Tarif Bus Dieng Indah Executive Jakarta-Wonosobo

Regional
Video Joget Erotisnya Saat Gerebek Sahur Viral di Media Sosial, Wanita di Kalsel Minta Maaf

Video Joget Erotisnya Saat Gerebek Sahur Viral di Media Sosial, Wanita di Kalsel Minta Maaf

Regional
Karyawan Bank di Aceh Timur Tipu PNS untuk Tarik Uang Ratusan Juta

Karyawan Bank di Aceh Timur Tipu PNS untuk Tarik Uang Ratusan Juta

Regional
Cair Pekan Depan, THR ASN di Kota Magelang Capai Rp 19 Miliar

Cair Pekan Depan, THR ASN di Kota Magelang Capai Rp 19 Miliar

Regional
Mayat di Tanara Serang Ternyata Penjual Madu asal Bandung Barat

Mayat di Tanara Serang Ternyata Penjual Madu asal Bandung Barat

Regional
Pemkot Semarang dan KPK Koordinasi Cegah Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa Proyek Strategis 

Pemkot Semarang dan KPK Koordinasi Cegah Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa Proyek Strategis 

Regional
Lancang Kuning Carnival Bakal Digelar, Pj Gubernur Riau: Bakal Promosikan Produk dan Karya Anak Muda

Lancang Kuning Carnival Bakal Digelar, Pj Gubernur Riau: Bakal Promosikan Produk dan Karya Anak Muda

Regional
Hati-hati, Penerangan Jalan Umum di Pantura Brebes Masih Minim

Hati-hati, Penerangan Jalan Umum di Pantura Brebes Masih Minim

Regional
BMKG: Wilayah Kalimantan Tengah Sedang Dilalui Gelombang Atmosfer 'Rossby Ekuator'

BMKG: Wilayah Kalimantan Tengah Sedang Dilalui Gelombang Atmosfer "Rossby Ekuator"

Regional
Selebgram Palembang Dituntut 7 Tahun Penjara, Ikut 'Cuci Uang' Hasil Narkoba

Selebgram Palembang Dituntut 7 Tahun Penjara, Ikut "Cuci Uang" Hasil Narkoba

Regional
Kaesang Diusung Jadi Cagub DKI Jakarta, Gibran Ogah Tanggapi

Kaesang Diusung Jadi Cagub DKI Jakarta, Gibran Ogah Tanggapi

Regional
Jasad Ibu dan Anak Korban Longsor di Bandung Barat Ditemukan dalam Kondisi Berpelukan

Jasad Ibu dan Anak Korban Longsor di Bandung Barat Ditemukan dalam Kondisi Berpelukan

Regional
Sempat Ditutup Imbas Erupsi Marapi, BIM Kembali Dibuka

Sempat Ditutup Imbas Erupsi Marapi, BIM Kembali Dibuka

Regional
Polisi Minta Tambah SPKLU di Tol Jateng, Saat Ini Hanya Ada 21

Polisi Minta Tambah SPKLU di Tol Jateng, Saat Ini Hanya Ada 21

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com