Termasuk Umbu yang telah tiga bulan tertahan di Pelabuhan Lembar tanpa kejelasan.
Kapolsek KP3 Lembar Ipda Irvan Ronald yang dikonfirmasi terkait masalah yang dihadapi para sopir ekspedisi mengatakan, akan menindaklanjuti dan berkomunikasi dengan pihak Pelni.
Irvan menambahkan, memang hanya 30 truk yang bisa masuk ke KM Egon. Ini karena muatan sudah terisi dari Surabaya.
"Semuanya itu truk tertahan di sini yang masuk, cuma mungkin titik tunggunya tidak di lokasi parkir bekas jembatan timbang kemarin. Tanggal 7 nanti baru yang bisa muat banyak truk, karena langsung kembali dari NTT ke Lembar," kata Irvan.
Sebelumnya diberitakan, puluhan sopir truk telantar selama tiga bulan lantaran menunggu KM Egon.
Para sopir truk itu memarkirkan kendaraan mereka menunggu kapal di Jembatan Timbang, Pelabuhan Lembar.
Sebagian besar sopir lebih memilih menunggu kapal Egon di Pelabuhan Lembar daripada menuju Pelabuhan Kayangan menyeberang ke Pelabuhan Pototano Sumbawa, lalu ke Pelabuhan Sape Bima.
Adi Lado, salah satu sopir menuturkan, jika harus memakai rute alternatif itu, maka dari Sape, Bima, mereka mesti harus ke Labuan Bajo, Flores.
Dari Flores, mereka baru dapat menyeberang ke Sumba menggunakan kapal feri cucut.
Mereka membandingkan lamanya perjalanan antara Egon daripada kapal feri melalui Sape Bima ke Sumba.
Jika menaiki KM Egon, mereka hanya membutuhkan waktu 24 jam atau satu hari dari Lembar ke Sumba.
Sementara jika naik feri cucut, mereka butuh waktu 2 hari 2 malam dan belum tentu ada kapal feri dengan rute yang mereka inginkan. Mereka harus menunggu lama di Flores sebelum sampai di Waingapu.
Biaya juga membengkak jika mereka tidak menggunakan KM Egon.
Jika menggunakan kapal Egon, mereka bisa membeli tiket secara online Rp 4,3 juta.
Kemudian, membeli tiket untuk dua orang masing-masing seharga Rp 200.000 dan membeli BBM dari Lembar hingga ke Waingapu Rp 300.000.
Namun, jika menggunakan melalui jalur darat dan menyambung dengan kapal feri, biaya yang mereka keluarkan dari Kayangan ke Pototano hingga ke Sape menghabiskan Rp 600.000.
Kemudian, dari Sape ke Flores atau Labuan Bajo sebesar Rp 3,6 juta. Dari Labuan Bajo ke Pelabuhan Aimere, lalu ke Waingapu biayanya Rp 3,2 juta.
Sehingga, jika dikalkulasi, biayanya sudah Rp 7,4 juta. Itu belum termasuk biaya BBM yang harus dibeli mencapai Rp 820.000 dan beban kelelahan yang bisa dialami sopir dengan rute menyambung tersebut.
Untuk bertahan, puluhan sopir truk sampai menjual cincin kawin. Bahkan, telur ayam yang dibawa sampai menetas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.