LOMBOK TENGAH, KOMPAS.com - Sambil bersandar di sebuah tiang gazebo, sore itu mata Amaq Kangkung alias Amaq Bengkok (70) menatap tajam tertuju pada lalu lalang alat berat proyek Sirkuit MotoGP Mandalika yang mengerjakan aspal.
Sesekali ia tertunduk dan menghela napas panjang.
Tanah yang ia tempati puluhan tahun kini sudah digunakan sebagai lintasan sirkuit dan ia mengaku belum pernah menjual tanahnya kepada siapa pun, termasuk dengan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) selaku pengelola.
Tampak di depannya terdapat nampan yang berisikan poteng, yang merupakan makanan khas Lombok yang terbuat dari ketan yang difermentasi.
Di atas tempat ia duduk terdapat gelantungan baju dan celana kotor yang tampak terlihat lusuh.
Suara anjing menggonggong dan ayam yang sedang bertelur menambah suasana riuh bunyi alat berat yang sedang beroperasi.
Bengkok adalah salah satu warga Dusun Ebunut, Desa Kuta Lombok Tengah, yang masih bertahan di area kawasan Sirkuit Mandalika.
Ia tinggal bersama istri dan seorang anak yang masih SD. Sehari –hari ia bekerja sebagai nelayan dan mempunyai hewan ternak sapi.
Akibat dari proyek sirkuit tersebut, rumah yang ia tempati awalnya kini harus tergusur dan terpinggirkan oleh alat berat tidak jauh dari luar pagar sirkuit.
Bengkok bersama istri dan anaknya kini terpaksa tidur di rumah seadanya dengan ukuran sekitar 2 kali 3 meter, yang beratapkan asbes dan ilalang. Di rumahnya terdapat satu kamar, semua perabotan rumah, dapur, dan kamar tidur menjadi satu.
Di atas tempat tidur keluarganya, terlihat panci wajan bergelantungan menghiasi dinding-dinding pagar gedek rumahnya.
Terlihat di samping rumahnya sebuah sepeda berwarna biru milik anaknya terparkir dengan tidak lagi menggunakan busa sadel, melainkan diganti dengan batok kelapa.
Diceritakan Bengkok, ia mempunyai lahan seluas 1,5 hektar. Dia memperoleh warisan tersebut dari seorang ayah bernama Aluh, dan sejak kecil ia bersama sang ayah, ia tidak pernah merasa menjual tanah tersebut.
Dari tanah peninggalan orangtuanya itu, ia biasa menanam kacang-kacangan dan umbi-umbian untuk hidup bersama keluarga.
Kini tanah seluas 1,5 hektar tersebut telah sebagiannya terpakai masuk menjadi lintasan sirkuit, dan sisanya masih di luar pagar tempat sekarang ia tempati.