Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Cegah Banjir, Kementerian PUPR Keruk Sedimen di Sungai Masamba

Kompas.com - 01/09/2021, 16:52 WIB
Alifia Nuralita Rezqiana,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang kembali melakukan normalisasi di bagian kanan hulu jembatan Sungai Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel), Selasa (31/8/2021).

Pengawas Lapangan BBWS Pompengan Jeneberang Fahruddin mengatakan, Kementerian PUPR melakukan pengerukan sedimentasi sebagai pekerjaan sementara yang dapat dilakukan agar air tidak meluap ke pemukiman warga.

“Pekerjaan ini belum optimal karena pengendalian sedimen di hulu berupa pembangunan Sabo Dam masih direncanakan akan dibangun tahun depan,” kata Fahruddin dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (1/9/2021).

Ia memaparkan, pengerukan sedimentasi akan dilakukan hingga kedalaman satu meter.

“Karena sekarang terjadi peninggian penambahan sedimentasi, makanya hari ini kembali kita lakukan pengerukan,” ujarnya.

Baca juga: Percepat Penanganan Banjir di Luwu Utara, Bupati Indah Rencanakan Hal Ini

Sebagai informasi, berdasarkan hasil identifikasi dari Lembaga Kajian Kebencanaan Universitas Hasanuddin (Unhas), total estimasi sedimentasi banjir bandang di tiga sungai pascabanjir di Luwu Utara pada 13 Juli 2020 sebesar 222.476.966 meter kubik.

Rincian estimasai sedimentasi banjir tersebut meliputi 136.838.603 meter kubik di Sungai Rongkong, 55.131.761,29 meter kubik di Sungai Masamba, dan 9.141.608 meter kubik di Sungai Radda.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang, Perumahan, Kawasan Pemukiman, dan Pertanahan (DPUTRPKP2) Luwu Utara Sri Rahayu mengatakan, hasil pengerukan sedimentasi akan langsung dibawa ke tempat penampungan.

“Untuk saat ini sudah ada lima disposal area yang disediakan pemerintah daerah. Lahan pribadi masyarakat (terdapat) empat (lokasi), lahan bandara satu (lokasi),” jelas Sri Rahayu.

Kelima lokasi tersebut merupakan tempat penampungan yang direkomendasikan oleh DPUTRPKP2 dan disetujui oleh BBWS Pompengan Jeneberang.

Baca juga: Jalan Masamba-Radda Diperbaiki, Wabup Luwu Utara Minta BBPJN Pertimbangkan Aspriasi Warga

Ia mengatakan, sampai saat ini masih ada masyarakat yang mengajukan diri agar lahan mereka dapat digunakan pemerintah sebagai tempat penampungan hasil pengerukan sedimentasi.

“Penentuan (lokasi) disposal tidak bisa kami berikan rekomendasi begitu saja, karena terkait material yang tidak bisa dibawa keluar dalam jangka waktu tertentu karena akan diaudit untuk volume material yang ditampung,” papar Sri Rahayu.

Untuk diketahui, selain membawa hasil pengerukan sedimentasi ke tempat penampungan, DPUTRPKP2 juga memanfaatkan hasil pengerukan di bagian hilir kanan setelah jembatan Sungai Masamba sebagai bahan pembuatan tanggul darurat.

Tanggul tersebut berfungsi sebagai penghalang air sungai agar tidak meluap ke pemukiman warga atau ke ruas Jalan Masamba ketika terjadi hujan deras.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com