Meski ada keterbatasan fisik, Yogo kecil dikenal sangat aktif.
"Masa kecilnya bandel banget, beda sama anak-anak lain. Kalau minta apa-apa harus dituruti. Anaknya enggak mau diam, aktif banget," kenang Tulus.
Namun ketika beranjak remaja, kekurangan tersebut sempat membuat Yogo minder. Apalagi ketika mulai memasuki bangku SMP.
"Tapi lama-lama dia biasa saja," ujar Tulus.
Saat itu, Tulus belum mengetahui bakat Yoga yang saat itu hobi sepak bola.
Bakat pemuda kelahiran 17 september 1998 di bidang atletik ini mulai dilirik gurunya saat di bangku kelas 1 SMK.
"Mungkin karena melihat kecepatannya saat berlari, (sehingga) gurunya melatih. Terus latihan sampai sekarang jadi atlet (profesional)", kata Tulus.
Berawal dari kejuaraan antar-pelajar, Yogo akhirnya meriah medali pada ajang Asean Paragames Kuala Lumpur 2017 dan Asian Paragames Jakarta 2018.
Tulus kini hanya bisa melangitkan doa agar Yogo dapat kembali meraih medali pada cabang para-atletik 400 meter putra yang akan dilakoni dalam waktu dekat ini.
"Habis dari Tokyo katanya mau langsung ke Papua ikut PON. Dia pulang terakhir sebelum Idul Adha, minta restu mau ke Tokyo. Sejak jadi atlet dia tinggal di Solo," ujar Tulus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.