Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Sejarah Banyuwangi Lewat Kunjungan di Museum Blambangan

Kompas.com - 31/08/2021, 15:50 WIB
Kontributor Banyuwangi, Imam Rosidin,
Priska Sari Pratiwi

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Berkunjung ke museum bisa membuka pengetahuan baru tentang sejarah.

Jika ingin menggali lebih jauh tentang sejarah di Banyuwangi, Jawa Timur, salah satu museum yang bisa dikunjungi adalah Museum Blambangan, di Jalan Jenderal Ahmad Yani No.78, Taman Baru.

Ada 4.000 koleksi benda bersejarah di musem yang didirikan pada 1977 ini.

Baca juga: Sudah 550.175 Warga Banyuwangi Terima Vaksin Covid-19 Dosis Pertama

Di museum ini tersimpan rapi benda koleksi dari koleksi pra-sejarah, Hindu-Budha, kolonial, hingga modern.

"Ini adalah laboratorium sejarah, ketika masyarakat biasanya hanya tahu legendanya saja, tapi di sini ada bukti otentik, kebesaran Blambangan misalnya," kata Kurator dan Edukator Museum Blambangan Bayu Ari Wibowo, Selasa (31/8/2021).

Bayu mengatakan, ada sejumlah koleksi unggulan Museum Blambangan seperti Lingga Yoni, kendi zaman Majapahit, dan Stupika.

Artefak Lingga-Yoni, misalnya, merupakan sarana pemujaan masyarakat Hindu Jawa Banyuwangi kepada Sang Hyang Widhi yang bermanifestasi sebagai Siwa dan Parwati. Artefak ini merupakan simbol dari kesuburan.

Ia mengatakan, masyarakat penting berkunjung ke museum untuk mengetahui bukti otentik dari legenda atau cerita yang dituturkan.

Baca juga: PTM di Kota Surabaya, Armuji Minta Ada Jam Pelajaran Khusus Prokes

Di museum ini, masyarakat juga bisa menemukan pengetahuan-pengetahuan baru.

Ia mencontohkan raja pertama Kerajaan Blambangan ternyata seorang perempuan. Hal ini belum dituliskan dan diketahui banyak orang.

Informasi tersebut tertulis dalam Kakawin Negarakertagama dan Serat Pararaton.

"Selama ini penelitian tentang Blambangan jarang mengacu pada Negarakertagama dan Serat Pararaton, padahal ini bukti otentik hubungan majapahit dan Blambangan," katanya.

Bayu menuturkan, Museum Blambangan terbuka untuk umum. Kunjungan harian rata-rata 40 orang berasal dari mahasiswa dan pelajar.

Namun museum terpaksa tutup sejak penerapan PPKM pada 3 Juli 2021. Belum diketahui kapan museum akan dibuka seiring penerapan PPKM yang terus diperpanjang.

Selama tutup, pengurus memanfaatkan dengan melakukan konservasi atau merawat dan membersihkan koleksi-koleksi museum.

"Kalau tutup kami menggunakannya untuk konservasi koleksi, jadi satu saat diperbolehkan buka kembali sudah bersih semua," kata Bayu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kapasitas Pasar Mardika Muat 1.700 Pedagang, Disperindag: Kami Upayakan yang Lain Tertampung

Kapasitas Pasar Mardika Muat 1.700 Pedagang, Disperindag: Kami Upayakan yang Lain Tertampung

Regional
Di Lokakarya 7 Panen Hasil Belajar PGP, Bupati Arief Minta Guru Jadi Agen Transformasi dalam Ekosistem Pendidikan 

Di Lokakarya 7 Panen Hasil Belajar PGP, Bupati Arief Minta Guru Jadi Agen Transformasi dalam Ekosistem Pendidikan 

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Saat Seorang Ayah Curi Sekotak Susu untuk Anaknya yang Menangis Kelaparan...

Saat Seorang Ayah Curi Sekotak Susu untuk Anaknya yang Menangis Kelaparan...

Regional
Kantor Dinas PKO Manggarai Barat Digeledah Terkait Dugaan Korupsi

Kantor Dinas PKO Manggarai Barat Digeledah Terkait Dugaan Korupsi

Regional
Menilik SDN Sarirejo, Jejak Perjuangan Kartini di Semarang yang Berdiri sejak Ratusan Tahun Silam

Menilik SDN Sarirejo, Jejak Perjuangan Kartini di Semarang yang Berdiri sejak Ratusan Tahun Silam

Regional
Anggota DPD Abdul Kholik Beri Sinyal Maju Pilgub Jateng Jalur Independen

Anggota DPD Abdul Kholik Beri Sinyal Maju Pilgub Jateng Jalur Independen

Regional
Duduk Perkara Kasus Order Fiktif Katering di Masjid Sheikh Zayed Solo, Mertua dan Teman Semasa SMA Jadi Korban

Duduk Perkara Kasus Order Fiktif Katering di Masjid Sheikh Zayed Solo, Mertua dan Teman Semasa SMA Jadi Korban

Regional
Kisah Nenek Arbiyah Selamatkan Ribuan Nyawa Saat Banjir Bandang di Lebong Bengkulu

Kisah Nenek Arbiyah Selamatkan Ribuan Nyawa Saat Banjir Bandang di Lebong Bengkulu

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Malam Hujan Ringan

Regional
Demam Berdarah, 4 Orang Meninggal dalam 2 Bulan Terakhir di RSUD Sunan Kalijaga Demak

Demam Berdarah, 4 Orang Meninggal dalam 2 Bulan Terakhir di RSUD Sunan Kalijaga Demak

Regional
Pilkada Sikka, Calon Independen Wajib Kantongi 24.423 Dukungan

Pilkada Sikka, Calon Independen Wajib Kantongi 24.423 Dukungan

Regional
Bentrok 2 Kelompok di Mimika, Dipicu Masalah Keluarga soal Pembayaran Denda

Bentrok 2 Kelompok di Mimika, Dipicu Masalah Keluarga soal Pembayaran Denda

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com