Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Tradisi Berladang Suku Dayak Dituding Picu Karhutla

Kompas.com - 31/08/2021, 11:21 WIB
Zakarias Demon Daton,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Nilai kearifan lokal

Aktivis Lingkungan Kaltim, Akhmad Wijaya menjelaskan, masyarakat Dayak punya metodelogi dan kearifan lokal dalam membakar lahan.

Dayak Kenyah, misalnya, kepala adat kepala akan menentukan waktu dimulai bakar dengan melihat posisi matahari.

"Ada kayu disimpan di tengah kampung atau rumah panjang, sebagai penentu waktu. Sampai menurut kepala adat boleh, baru dibakar," ungkap Wijaya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (29/8/2021).

Berbeda dengan, Dayak Bahau dan Dayak Benua. Metodologis membakar ladang kedua suku ini, kata dia menggunakan petunjuk arah angin.

Baca juga: Warga Dayak Long Wai 13 Tahun Berjuang Mengembalikan 4.000 Hektar Tanah Adat dari Perusahaan Sawit

Mereka menggantung tempayang depan rumah, dengan coretan arang hitam. Gantungan itu sekaligus pertanda ada warga sedang bakar ladang.

"Jadi cukup mudah identifikasi. Begitu ada kebakaran, semua orang langsung tahu di ladang siapa terbakar. Bagi saya ini cara peringatan dini versi mereka," tuturnya.

Selain itu, kearifan lokal dengan menggantung tempayang juga memercayai saat pembakaran ladang, bakal dijaga dewa-dewa, supaya api bagus, dan lain-lain.

Cara lain, Dayak Benua sebelum bakar, masyarakat menyiapkan alat semprot dari bambu.

"Mereka juga menyiapkan alat pemukul api," terangnya.

Di samping itu, pilihan membakar juga dianggap mengurangi hama, menetralisir kadar asam tanah di Kaltim yang rata-rata memiliki yang pH rendah, di bawah 5, dan memperlambat tumbuh gulma.

Baca juga: Hadiah Rp 100 Juta untuk Desa yang Berhasil Pertahankan Wilayah Bebas Karhutla

Hanya saja, Wijaya bilang belakangan ini tradisi kearifan lokal yang berlangsung turun temurun itu, mulai memudar seiring perkembangan zaman.

Misalnya, dia menemukan motivasi orang berladang yang sebelumnya murni kebutuhan pangan, kini berubah orientasi yang cenderung hanya ganti rugi ketika masuk perusahaan.

"Jadi sekarang ini, banyak juga yang mengikuti metodologi membakarnya, tapi meninggalkan kearifan lokalnya," terang dia.

Peladang di Kampung Ongko Asa, Fransiskus Suseno bilang salah satu faktor masyarakat meninggalkan kearifan lokal seperti ritual-ritual adalah agama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cari Ikan di Muara Sungai, Warga Pulau Seram Maluku Hilang Usai Digigit Buaya

Cari Ikan di Muara Sungai, Warga Pulau Seram Maluku Hilang Usai Digigit Buaya

Regional
Dendam Kesumat Istri Dilecehkan, Kakak Beradik Bacok Warga Demak hingga Tewas

Dendam Kesumat Istri Dilecehkan, Kakak Beradik Bacok Warga Demak hingga Tewas

Regional
Digigit Buaya 2,5 Meter, Pria di Pasaman Barat Luka Parah di Kaki

Digigit Buaya 2,5 Meter, Pria di Pasaman Barat Luka Parah di Kaki

Regional
Raih Satyalancana dari Jokowi, Bupati Jekek Ajak Semua Pihak Terus Bangun Wonogiri

Raih Satyalancana dari Jokowi, Bupati Jekek Ajak Semua Pihak Terus Bangun Wonogiri

Regional
TKN Tantang PDI-P Tarik Semua Menteri Usai Sebut Jokowi Bukan Kader Lagi, Ini Tanggapan Gibran

TKN Tantang PDI-P Tarik Semua Menteri Usai Sebut Jokowi Bukan Kader Lagi, Ini Tanggapan Gibran

Regional
Penumpang yang Tusuk Driver 'Maxim' di Jalan Magelang-Yogyakarta Terinspirasi Film 'Rambo'

Penumpang yang Tusuk Driver "Maxim" di Jalan Magelang-Yogyakarta Terinspirasi Film "Rambo"

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Ayah Gembong Narkoba Fredy Pratama Divonis 1,8 Tahun Penjara, Seluruh Hartanya Dirampas Negara

Ayah Gembong Narkoba Fredy Pratama Divonis 1,8 Tahun Penjara, Seluruh Hartanya Dirampas Negara

Regional
Berangkat dari Jakarta, 'Driver' Maxim Dibunuh Penumpangnya di Jalan Magelang-Yogyakarta

Berangkat dari Jakarta, "Driver" Maxim Dibunuh Penumpangnya di Jalan Magelang-Yogyakarta

Regional
Penumpang KMP Reinna Jatuh ke Laut, Saksi Sebut Posisi Korban Terakhir di Buritan

Penumpang KMP Reinna Jatuh ke Laut, Saksi Sebut Posisi Korban Terakhir di Buritan

Regional
Kecelakaan Maut Bus Eka Vs Truk di Tol Solo-Kertosono, Satu Penumpang Tewas

Kecelakaan Maut Bus Eka Vs Truk di Tol Solo-Kertosono, Satu Penumpang Tewas

Regional
Anak yang Dijual Ibu Kandung Rp 100.000, Korban Pemerkosaan Kakaknya

Anak yang Dijual Ibu Kandung Rp 100.000, Korban Pemerkosaan Kakaknya

Regional
Kronologi Ibu di LampungTewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Ungkap Kondisinya

Kronologi Ibu di LampungTewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Ungkap Kondisinya

Regional
KM Bukit Raya Terbakar Saat Masuk Muara Jungkat Kalbar, Pelni: Sudah Mulai Padam

KM Bukit Raya Terbakar Saat Masuk Muara Jungkat Kalbar, Pelni: Sudah Mulai Padam

Regional
Dibutuhkan 48 Tenaga Panwaslu di Bawaslu Kota Semarang, Ini Syaratnya

Dibutuhkan 48 Tenaga Panwaslu di Bawaslu Kota Semarang, Ini Syaratnya

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com