Rinayu mengakui sudah empat tahun tinggal bersama sang menantu, dan akan tetap mengikuti apa kata menantunya jika suatu ketika ia diminta keluar dari lingkaran sirkuit.
“Saya tinggal sama menantu di sini sudah empat tahun, kalau tanah menantu saya udah dibayar, saya juga akan pindah,” kata Rinayu, Jum’at (27/8/2021).
Rinayu tidak pernah menyangka Kuta akan semegah yang dibangun saat ini, karena saat ia remaja Kuta tidak lebih dari hutan-hutan yang ditumbuhi kebanyakan pohon kelapa.
“Bunyi kato sangat bising, kadang-kadang saya kira gempa, Kuta memang sudah berubah, katanya ini akan dijadikan tempat orang-orang balap,” kata Rinayu.
Rinayu berharap dengan adanya pembangunan sirkuit ini, dapat membuat anak cucunya kelak dapat sejahtera.
Baca juga: Cerita Nelayan yang Masih Tinggal di Sirkuit MotoGP Mandalika Sampai Ganti Rugi Dibayar...
Para nelayan
Dari puluhan KK yang masih tinggal di Dusun Ebunut, sebagian warganya bekerja sebagai nelayan.
Namun karena dampak pembangunan Sirkuit Mandalika, aktivitas nelayan tersebut sempat terhenti, karena keterbatasan akses melewati terowongan yang dibuatkan sebagai sarana menuju pantai.
"Sudah beberapa minggu tidak melaut, karena tidak ada jalan, terowongannya banyak air, tapi alhamdulillah sekarang airnya sudah disedot, dan kami akan mencoba melaut kembali,” kata Amaq Andi, salah seorang nelayan.
Dia menceritakan bahwa semasa kecil, dia tinggal di lokasi tersebut.
Andi bercerita, tanahnya habis terjual pada tahun 90-an dengan harga murah dari Rp 100.000 hingga Rp 250.000 pada tahun itu.
“Saya dulu punya tanah sekitar 80 are, dijual dengan harga murah Rp 200.000, karena dulu kita ditakut-takuti, kalau tidak jual tanah tidak akan dapat apa-apa,” tutur Andi.
Ia mengenang pada masa itu, masyarakat di tempat ini masih takut dengan orang yang menggunakan busana rapi. Bahkan setiap akan berhadapan dengan orang yang berbusana rapi, ia memilih untuk bersembunyi.
“Namanya aja kita bodoh dulu tidak punya sekolah, lihat orang pakai celana aja kita takut sembunyi,” kenang Andi.
Hingga kini ia menumpang di lahan Umulaye, dan tetap memilih nelayan sebagai mata pencaharian untuk menghidupi keluarganya.
Baca juga: Pemprov NTB Akan Mediasi Warga di Kawasan Sirkuit Mandalika, Gubernur: Kita Akan Kawal