Ekskavasi 90 persen
Kepala BPCB Jawa Timur Zakaria Kusimin mengatakan, ekskavasi yang sudah mencapai 90 persen sudah berhasil menyingkap bagaimana bentuk situs.
Pekerjaan berikutnya, jelas dia, yakni pengamatan dan penelusuran terhadap potensi sebaran benda purbakala di sekitar petirtaan.
"Bisa dikatakan ini sudah 90 persen dan kita sudah mengetahui seperti apa bentuknya. Tapi kondisi lingkungan yang perlu untuk terus kita amati," ujar Zakaria di Jombang, Sabtu (28/8/2021).
Pada Sabtu, Zakaria bersama tim pelestarian cagar budaya BPCB Jawa Timur mengakhiri ekskavasi Petirtaan Sumberbeji tahap 4 yang dilaksanakan sejak 19 Agustus 2021.
Dia mengungkapkan, target pencarian beberapa bagian penting situs yang disusun sebelum ekskavasi sudah terpenuhi.
Pencarian sumber air yang secara konstan mengalir deras ke dalam petirtaan sudah terjawab.
Air jernih itu berasal dari sumber mata air alami di dalam tanah, yang kemudian mengalir melalui saluran sebelah barat petirtaan.
Kemudian, pencarian titik akhir saluran buang atau saluran keluarnya air dari petirtaan tidak bisa dilanjutkan karena terkendala lahan.
Ekskavasi tahap akhir
Zakaria menuturkan, setelah merampungkan ekskavasi tahap 4, pihaknya kini menyiapkan rencana ekskavasi tahap akhir serta merumuskan rencana pemugaran.
"Selanjutnya kami masih punya program (ekskavasi) sekali lagi, setelah itu fokus pada penanganan obyeknya, yaitu pemugaran," ujar dia.
Hipotesis yang dimunculkan arkeolog, Petirtaan Sumberbeji merupakan salah satu peninggalan Majapahit abad ke-14 Masehi, masa sebelum pemerintahan Hayam Wuruk.
Menurut arkeolog BPCB Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho, Situs Sumberbeji diperkirakan terkubur tanah akibat erupsi Gunung Kelud yang terjadi di masa Tribhuwana Tunggadewi memimpin Majapahit.
Hasil ekskavasi juga menemukan bahwa lapisan tanah yang menutup petirtaan berupa tanah berpasir, kerikil, dan kerakal.
Material itu diperkirakan berasal dari lahar Gunung Kelud yang mengalir melalui Sungai Konto, menutup sebagian wilayah Jombang termasuk wilayah penemuan Petirtaan Sumberbeji.
Tak ada catatan terkait Petirtaan Sumberbeji dalam Negarakertagama, naskah kuno yang menjadi rujukan dalam kajian sejarah Majapahit.
Namun, naskah yang ditulis Prapanca di masa pemerintahan Hayam Wuruk itu menyinggung peristiwa letusan Gunung Kelud saat kelahiran Hayam Wuruk.
"Kita perkirakan bencana besar itu terjadi pada tahun 1.300 Masehi, sebelum Hayam Wuruk. Karena terkubur di dalam tanah, jadi wajar kalau Petirtaan Sumberbeji ini tidak ada dalam catatan Negarakertagama," ujar Wicaksono.
Adapun periode pembangunan petirtaan diperkirakan dilakukan pada abad ke-14 hingga ke-12 Masehi.
Baca juga: Kasus Kematian Tinggi, Satgas Covid-19 Jombang: 90 Persen Pasien yang Meninggal Belum Vaksin