KOMPAS.com - Polemik penunjukan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) asal Sulawesi Barat (Sulbar) menuju Istana Merdeka, Jakarta, menjadi sorotan pembaca.
Kasus ini bermula saat Kristina, siswi yang berada di peringkat pertama dalam seleksi, gagal meneruskan perjalanan.
Jelang keberangkatan ke Jakarta, dirinya dinyatakan positif Covid-19 berdasar hasil tes swab PCR yang dikeluarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Mamuju, Sulbar.
Pihak Kristina kemudian melakukan tes swab mandiri di Mamasa. Hasilnya, dia dinyatakan negatif.
Meski negatif, pelajar SMA Negeri 1 Mamasa ini tetap batal ke Ibu Kota.
Kala itu, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Sulbar Muhammad Hamzih mengatakan bahwa pihaknya terpaksa menunjuk orang lain karena Kemenpora ingin perwakilan Paskibraka dikirim secepatnya.
Menurut Hamzih, mustahil menujuk kembali Kristina yang harus menjalani isolasi mandiri selama 14 hari.
Baca juga: Lolos Seleksi Namun Tak Jadi ke Istana Wakili Sulbar, Kristina Tolak Jadi Paskibraka Provinsi
Silang sengkarut terjadi. Sedianya, Kristina digantikan oleh Aliyah, siswi asal Kabupaten Pasangkayu. Dalam seleksi, peringkat Aliyah berada di bawah Kristina.
Namun, ternyata, yang berangkat ke Jakarta adalah AFT, pelajar salah satu sekolah negeri di Kabupaten Mamasa.
Kepada Kompas.com, AFT menuturkan bahwa penunjukan itu begitu tiba-tiba.
Kabar tersebut ia terima pada Sabtu (24/7/2021). Saat itu, pihak Dispora menghubunginya lewat sambungan telepon.
Permintaan tersebut langsung disetujui oleh AFT.
Ia mengiyakan penunjukan itu karena merupakan bentuk tanggung jawabnya sebagai anggota Paskibraka.
"Saya menganggap bahwa itu bagian dari tanggung jawab saya sebagai anggota paskibraka untuk ditugaskan kapan saja dan di mana saja," ujarnya, Jumat (27/8/2021).