Sedangkan Mahisa Campaka memiliki keturunan bernama Dyah Lembu Tal. Dyah Lembu Tal ini memiliki anak bernama Raden Wijaya yang kemudian menjadi menantu Raja Kertanagara setelah menikahi putrinya.
Raden Wijaya yang mengembalikan kekuasaan wangsa Rajasa setelah Singhasari runtuh akibat pemberontakan dari Kerajaan Kediri. Raden Wijaya melawan Kerajaan Kediri yang kembali berkuasa dan mendirikan Kerajaan Majapahit. Dalam perjalannya, Kerajaan Majapahit berkuasa di tanah Nusantara.
Sejarawan dari Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono mengatakan, melalui keturunannya, Ken Dedes menyandang predikat sebagai ibu para raja Singhasari dan Majapahit.
“Meskipun secara pemerintahan berbeda, tapi secara genealogis Singhasari dan Majapahit itu sama. Yaitu keturunan Ken Dedes,” katanya melalui sambungan telepon, Kamis (26/8/2021).
Menawan dan Terpelajar
Dwi Cahyono mengatakan, Ken Dedes merupakan wanita yang memiliki keistimewaan. Ia adalah wanita cantik dan menawan sekaligus terpelajar. Bahkan, dalam kitab Pararaton, Ken Dedes dijuluki sebagai Stri Nareswari yang artinya adalah wanita yang utama.
Ken Dedes juga dijuluki Karma Amadangi, yaitu perilaku yang tercerahkan. Sebab selain cantik, Ken Dedes juga merupakan wanita terpelajar.
“Ken Dedes oleh Pararaton disebut sebagai wanita yang Karma Amadangi. Ken Dedes digambarkan sebagai seseorang yang perilakunya tercerahkan. Perilaku yang tercerahkan adalah perilaku baik,” katanya.
Baca juga: Wali Kota Malang Lobi Pemerintah Pusat agar Mal Boleh Buka meski Terapkan PPKM Level 4
Menurut Dwi, Ken Dedes terpelajar karena sejak kecil dididik oleh ayahnya, Mpu Purwa, yang juga seroang rohaniawan.
“Sejak kecil sudah diajari oleh ayahnya untuk menjalankan apa yang disebut sebagai Paramita Yana,” katanya.
Keterpelajaran Ken Dedes juga berpengaruh dalam perjalanan Kerajaan Singhasari dan Majapahit. Menurut Dwi, sebagai seorang permaisuri, sedikit banyak gagasan Ken Dedes juga mempengaruhi raja. Begitu juga ketika ia menjadi ibu dari seorang raja.
“Secara sadar atau tidak sadar sebetulanya kebijakan oleh kepala pemerintah sedikit banyak hasil rembukan dengan istri,” katanya.
“Walaupun sumber data tertulis tidak merinci kontribusi Ken Dedes, kalau saya lihat posisi perannya sebagai ibu kepala negara,” katanya.
Situs Sejarah Ken Dedes
Dwi menyebutkan, setidaknya ada tiga situs arkeologis yang menunjukkan sejarah tentang Ken Dedes di masa lampau. Pertama, jejak sejarah di Polowijen yang menjadi daerah lahirnya Ken Dedes.
“Di sana masih ada jejak-jejak itu. Salah satunya Sumur Windu terkait dengan Ken Dedes kecil,” katanya.