KOMPAS.com - AFT tak habis pikir dengan hujatan yang dia terima dari orang-orang saat ditunjuk menggantikan Kristina, siswi yang juga berasal dari Sulawesi Barat, untuk menjadi paskibraka di Istana Negara pada 17 Agustus lalu.
AFT mengatakan, banyak yang menuduhnya menggunakan orang dalam.
Padahal, dia sendiri tak mengenal pejabat daerah. Orangtuanya pun berprofesi sebagai petani.
AFT kemudian menceritakan awal mula ditunjuk menggantikan Kristina.
Saat sedang membantu ibunya memanen padi di sawah sekitar pukul 15.00 WITA, Sabtu (24/7/2021), dia mendapat telepon dari Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sulbar.
Oleh Dispora, AFT ditunjuk menggantikan Kristina yang tidak bisa berangkat karena tes PCR nya positif.
Pelajar berusia 16 tahun ini gembira mendengar hal itu.
Namun, masalah baru muncul saat dia harus melakukan tes swab dengan biaya sendiri.
Hal ini terasa berat mengingat kedua orangtuanya hanya bekerja sebagai petani. Namun dukungan keluarganya terus mengalir.
Setelah berembuk, orangtua akhirnya berusaha meminjam uang untuk biaya chek up dan tes PCR AFT di Kota Makassar.
Sebagian pinjaman itu juga digunakan AFT, ayah, dan pamannya untuk biaya perjalanan ke Makassar beberapa jam setelah dia dihubungi Dispora Sulbar.
"Saat itu hasil PCR saya di (Lab) Prodia Makassar hasilnya negatif Covid-19 dan hasil check up nya baik. Saya (lalu) menghubungi Dispora dan Dispora melaporkan nama saya beserta pasangan saya yang ada di Polman ke Kemenpora," ujar AFT .
AFT akhirnya berangkat ke Jakarta pada 27 Juli 2021 bersama rekannya, Muhammad Juandy Ali, siswa SMA 3 Polewali, dengan pesawat melalui Bandara Makassar.
Setelah berlatih keras, AFT bersama perwakilan pelajar dari provinsi lain berhasil melaksanakan tugasnya sebagai anggota paskibraka pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
AFT hanya bisa mendoakan orang-orang yang menghujatnya.