KOMPAS.com - AFT, siswi di salah satu sma negeri di Mamasa, Sulawesi Barat, mengaku kerap dibully setelah dirinya menggantikan Kristina, siswi yang juga berasal dari Sulbar, menjadi paskibraka di Istana Negara.
Banyak yang menuduh dia menggunakan orang dalam agar lolos.
Terkait semua tudingan itu, AFT akhirnya buka suara.
Kepada Kompas.com, pelajar berusia 16 tahun ini mengatakan, penunjukkan saat itu begitu tiba-tiba.
Kabar menjadi anggota paskibraka nasional diketahuinya ketika sedang berada di sawah membantu ibunya memanen padi sekitar pukul 15.00 WITA, Sabtu (24/7/2021).
Pihak dari Dispora menghubunginya melalui sambungan telepon dan memberikan kabar baik itu.
Permintaan itu langsung disetujui karena AFT menilai penunjukkan merupakan bentuk tanggung jawabnya sebagai anggota paskibraka.
"Saya menganggap bahwa itu bagian dari tanggung jawab saya sebagai anggota paskibraka untuk ditugaskan kapan saja dan di mana saja," kata AFT, melalui pesan WhatsApp, Jumat (27/8/2021).
Kendala kemudian terjadi ketika usaha AFT untuk berangkat ke Jakarta menemui kebuntuan dari segi biaya.
Pasalnya, sebelum berangkat AFT masih harus melakukan tes swab dengan biaya sendiri.
Hal ini terasa berat mengingat kedua orangtuanya hanya bekerja sebagai petani. Namun dukungan keluarganya terus mengalir.
Setelah berembuk, orangtuanya pun harus meminjam uang untuk biaya chek up dan tes PCR di Kota Makassar.
Sebagian pinjaman itu juga digunakan AFT, ayah, dan pamannya untuk biaya perjalanan ke Makassar beberapa jam setelah dia dihubungi Dispora Sulbar.
"Saat itu hasil PCR saya di (Lab) Prodia Makassar hasilnya negatif Covid-19 dan hasil check up nya baik. Saya (lalu) menghubungi Dispora dan Dispora melaporkan nama saya beserta pasangan saya yang ada di Polman ke Kemenpora," ujar AFT .
AFT akhirnya berangkat ke Jakarta pada 27 Juli 2021 bersama dengan Juandy dengan pesawat melalui Bandara Makassar.