Menurut Suantaka, latihan pertama Widi dilakukan di asrama YPAC Bali dengan alat seadanya.
Hingga suatu ketika, Widi, dilihat oleh salah seorang guru SLB B lalu mengajarinya teknik yang benar.
"Perjuangan yang tidak mudah, dari latihan dia kan harus sekolah, datang dari sekolah harus latihan sampai malam. Kadang latihannya kan bukan di tempat khusus latihan seperti itu. Kadang latihannya di tempat gym, orang-orang melihatnya juga aneh kadang," kata Suantaka.
Setalah dua bulan menjalani latihan, Widi kemudian dihadapkan dengan Kejuaraan Nasional Angkat Berat tahun 2006 yang saat itu digelar di Bali.
Widi kemudian meraih medali emas dalam kejuaraan tersebut dan masuk pemusatan latihan nasional (pelatnas) angkat berat di Solo untuk mengikuti ASEAN Paragames di Provinsi Nakhon Ratchasima, Thailand tahun 2008.
Baca juga: Terima Honor Rp 70 Juta, Bupati Jember: Saya Berikan pada Keluarga yang Meninggal karena Covid-19
Hasilnya, ia kemudian mendapat medali perunggu di kejuaraan itu.
Tahun berikutnya, ia kembali mengikuti ajang ASEAN Paragames di Malaysia dan meraih medali perak.
Setalah momen itu, Widi, lanjut Suantaka, terus memperoleh berbagai gelar dalam ajang serupa. Sampai di tahun 2016, Widi meraih medali perunggu Paralimpiade Rio de Janeiro.
"Sampai ia bisa memperoleh medali perak di Paralimpiade Tokyo 2020 itu sudah sangat luar biasa. Kami bangga," ujar dia.
Prestasi Widi, telah membuat kehidupan keluarganya menjadi lebih baik.