Ia mengaitkan, temuan batu gamelan itu dengan Simplek. Di kelompok kesenian gambyong yang diikutinya semasa muda, Simplek terkenal sebagai penari ronggeng atau ledek. Masyarakat sangat menggemari karena tidak ada kesenian lain.
Berselang lama sejak patung itu hilang, kini ditemukan batu-batu unik tersebut. Kasdi mengungkapkan, warga lantas mengangkatnya, memugar lokasi penemuan. Membuat pondasi mengeliling selebar 2x3 dan berencana menata kembali batu-batu itu di sana.
“Melestarikan makam ini,” kata Kasdi.
Kawasan temuan lingga
Penemuan ini menguak kembali penemuan-penemuan batu sebelumnya.
Terjadi sekitar 18 tahun lalu, ayah dari Kadarno menemukan lingga dan beberapa benda bersejarah lain di tanah pekarangan miliknya seluas 5.000 meter persegi di 2003. Di lahan itu tumbuh pohon mahoni, jati dan bambu.
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kulon Progo saat itu menerima satu lingga, dua batu bulat semacam gandik atau batu penggiling, dan semacam batu nisan dari pekarangan Ahmad Sukadi, ayah dari Kadarno ini.
Semua dari batu andesit. Benda-benda itu kemudian dibawa dan disimpan di museum sebagai benda cagar budaya.
Karenanya, Kadarno tidak terkejut dengan temuan batu mirip gamelan itu. Pasalnya, di masa lalu memang sudah ada temuan di tanah pekarangan miliknya.
“Dulu sudah diambil Dinas Kebudayaan saat itu. Semacam lingga yoni seperti itu,” kata Kadarno.
Baca juga: Wali Kota Magelang Surati Presiden, Ingin Selesaikan Masalah Aset TNI yang Ditempati Pemkot
Bahkan, ayahnya juga pernah menemukan dua batu bentuk bulat dengan cekungan dalam di bagian tengah pada 1968. Ukuran batu ini lebih dari dua pelukan orang dewasa. Ia menyebutnya sebagai batu lumpang.
“Saya dan anak-anak mengangkat lagi batu ini baru satu minggu lalu,” kata Karno.
Kadarno menceritakan, batu lumping ini hanya menjadi mainan saat ia masih usia enam tahun. Batu lumpang tidak menarik minat pemerintah saat itu. Kemudian, batu tertanam oleh tanah seiring waktu.
“Ditemukan saat kecil enam tahun, bapak menemukan dua lumpang. Tidak tahu benda apa maka buat mainan. Setelah dewasa, (baru tahu) batu ini jadi benda purbakala,” kata Kadarno.
Kadarno mengharapkan, temuan-temuan itu nantinya bisa mengangkat citra Pedukuhan Papak dan Kalirejo pada umumnya. Dengan temuan itu, maka Kalirejo makin dikenal orang.