MEDAN, KOMPAS.com - Bupati Pakpak Bharat Franc Bernhard Tumanggor menyebutkan daerahnya masuk status darurat stunting lantaran tingginya kasus anak gizi buruk. Menurut dia, pihaknya berjuang menurunkan angka stunting walau terkendala pandemi Covid-19 dan minimnya APBD.
Tingginya angka stunting, akan menghambat momentum generasi emas Indonesia 2045.
Saat ini persentasi angka stunting di kabupaten paling ujung Sumut ini melebihi angka toleransi maksimal yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia.
Baca juga: Menko PMK: Stunting Merupakan Ancaman bagi Pembangunan SDM
Menurut Franc, kasus anak gizi buruk di kabupaten yang baru mekar ini naik karena tingginya kemiskinan, khususnya di desa-desa.
Sebagian bayi lahir dengan gizi minim, dilihat melalui panjang tubuh yang tidak sampai 48 sentimeter dan berat badan tidak sampai 2,5 kilogram.
"Bayi yang lahir normal, tumbuh dengan asupan gizi yang kurang, ini yang menjadi stunting. Kasus ini masalah multi dimensional, perlu diselesaikan secara multi sektoral," kata Franc, dikutip dari rilis berita Diskominfo Pakpak Bharat yang diterima Kompas.com, Rabu (25/8/2021).
Baca juga: Tangis Bupati Pakpak Bharat Saat Divonis 7 Tahun Penjara dan Dicabut Hak Politiknya
Kemiskinan, pendidikan rendah
Selain kemiskinan, tingkat pendidikan juga berkaitan dengan permasalahan gizi. Minimnya pengetahuan membuat pemberian asupan gizi tidak sesuai kebutuhan.
Contoh, kurangnya kesadaran akan pentingnya Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Padahal IMD sangat membantu keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui.
Seperti di Desa Binanga Boang yang dekat dengan ibu kota kabupaten, ada puluhan bayi stunting.
Hasil riset dan pemetaan yang dihimpun Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat, disebut jumlah bayi usia dua sampai tiga tahun yang mengalami gizi buruk sebesar 26,79 persen.
Baca juga: Apa Itu Stunting dan Dampaknya pada Tumbuh Kembang Anak?
Rinciannya: Kecamatan Salak 209 dari 829 bayi, Kecamatan Sukaramai 241 dari 813 bayi, Kecamatan PGGS 120 dari 409 bayi, Kecamatan Pagindar 31 dari 117, Kecamatan STTU Julu 95 dari 323, Kecamatan Tinada 136 dari 399 bayi, Kecamatan Siempat Rube 85 dari 534 bayi dan Kecamatan STTU Jehe 271 dari 1.011 bayi.
"Ini sangat mengkhawatirkan, berbahaya dan butuh penanganan khusus dengan segera. Ini ancaman serius terhadap upaya dan cita-cita kami mambangun generasi emas Pakpak Bharat," ujar Franc.
Upaya yang dilakukan
Saat ini, pihaknya mengalakkan pembagian makanan tambahan untuk bayi baru lahir dan ibu hamil, peningkatan cakupan imunisasi dasar bayi dan balita, pembagian vitamin dan lainnya.
Pemkab Pakpak Bharat juga terus menghimbau masyarakat melalui Puskesmas, Puskesdes dan pemerintah desa agar memperbaiki asupan gizi keluarga, meminta para suami memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam sayuran, memelihara unggas, ikan dan sebagainya yang memberi nilai tambah secara ekonomi juga baik untuk dikonsumsi keluarga.
Stunting bisa dicegah
Kepala UPT Puskesmas Salak Sudi Anto Bacin membenarkan tingginya angka penderita stunting di Pakpak Bharat. Di Kecamatan Salak saja, ditemukan 209 bayi kurang gizi dari jumlah total 829 bayi.
"Ini benar-benar sangat mengejutkan, berbahaya, perlu penanganan khusus. Kalau dibiarkan berlarut-larut akan menyebabkan terganggunya perkembangan otak pada anak dan sangat mempengaruhi prestasi akademiknya kelak," kata Sudi.
Menurutnya, stunting dapat dicegah pada masa Golden Periode yakni saat kehamilan sampai anak berusia dua tahun. Penyebab utamanya, selain kurangnya asupan gizi, juga faktor lingkungan, kebersihan dan kurangnya pengetahuan orangtua.
"Makan ikan banyak-banyak..."
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy ketika mengunjungi Kepulauan Nias untuk menangani permasalahan pembangunan manusia dan kebudayaan pada pertengahan Maret 2021 mengatakan, masyarakat bisa memanfaatkan sumber daya alam lokal untuk meningkatkan gizi.
Dirinya melihat sumber daya alam lokal mencukupi untuk kebutuhan gizi masyarakat.
Indonesia menargetkan pada 2045 menjadi Indonesia Emas. Anak-anak perlu disiapkan untuk masa depan. Selain itu, pencegahan stunting dilakukan sejak dini, bisa juga dilakukan sejak remaja putri. Suami mesti berperan dalam pencegahan.
"Anak stunting, bukan hanya tinggi dan berat badannya yang kurang, kemampuan otak juga berkurang. Kalau bisa, bikin gerakan makan ikan banyak-banyak. Pak Habibie itu orangnya kecil tapi pintar, ternyata waktu kecilnya suka makan ikan," kata Muhadjir.
Pemprov Sumut mengintegrasikan penanganan stunting di lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Semua dikoordinasikan dan direncanakan Bappeda, kemudian masing-masing melakukan tindakan sesuai yang direncanakan.
Daerah yang memiliki angka stunting tinggi dijadikan prioritas seperti Kepulauan Nias. Bukan berarti daerah lain yang terdapat stunting tidak diperhatikan. Tujuan akhirnya adalah bagaimana stunting tidak ada lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.