Krisaji, Ketua Umum Yayasan Mata Seger yang bergerak di bidang seni dan budaya ini menjelaskan, saat pembangunan GNI Gresik itu lah pemandangan gotong royong masyarakat sangat kentara.
Kendati sumbangan sukarela warga pada saat itu dikoordinatori oleh Camat.
"Warga sangat antusias, dengan rela menyumbang apa yang dimiliki. Ketika itu sumbangan sukarela dikoordinatori oleh Camat namanya Asdirun, tapi tidak ada sekali pun paksaan. Justru warga saat itu antusias menyumbang dengan sendirinya, karena ingin ada gedung di Gresik," ucap Krisaji.
Saat bangunan gedung sudah berdiri, aktivitas belajar mengajar yang sempat berlangsung, kemudian bergeser pindah ke lokasi yang kini menjadi SD Sidokumpul 1.
Baca juga: Tak Bisa Hadir Upacara 17 Agustus karena Pandemi, Ini Pesan Para Veteran di Gresik
Sementara GNI Gresik digunakan sebagai gedung serba guna. Selain untuk menggelar pertemuan dan rapat, juga mulai difungsikan untuk aktivitas kesenian dan kebudayaan.
"Dulu ya dipakai untuk latihan karawitan, pelatihnya Pak Joyo. Juga ada tempat pemutaran proyektor film. Beberapa kali pertunjukan seni tradisional, mulai ludruk, ketoprak, wayang orang, juga pentas di sana. Aktivitas seniman Gresik saat itu juga mulai ramai," tutur Krisaji.
Namun sejak 1980-an, gedung GNI Gresik mulai disewakan oleh Pemkab untuk keperluan hajatan maupun resepsi pernikahan warga.
Dalam pandangan Krisaji, alasannya, karena pada saat itu mencari gedung representatif di Gresik cukup sulit, selain Wisma A. Yani di lingkup perusahaan Semen Gresik.
Baca juga: Mantan Anggota DPRD Gresik Jadi Tersangka Kasus Dugaan Penggelapan Jual Beli Tanah
Pada tahun 2014, Bupati Gresik yang saat itu masih dijabat oleh Sambari Halim Radianto, memiliki niatan untuk membongkar bangunan GNI Gresik secara total.
Rencananya, gedung bakal digantikan oleh bangunan baru menyesuaikan perkembangan zaman.
Namun wacana ini kemudian ditentang oleh para seniman, budayawan dan sejarawan yang ada di Gresik.
Mereka tidak sepakat dengan keinginan Bupati Sambari, lantaran bangunan GNI Gresik bakal diubah total, bukan dilakukan revitalisasi atau renovasi untuk pelestarian.
Sebab mereka menilai, GNI Gresik merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang harus tetap dilestarikan.
Sebagai bentuk dan simbol perlawanan, para seniman dan budayawan Gresik kemudian memunculkan tagar #SaveGNI.
Mereka juga beberapa kali mengajukan mediasi dan pertemuan, untuk dapat berdialog seputar wacana Bupati Sambari mengubah total perwajahan GNI Gresik.
Baca juga: Kejar Herd Immunity Akhir Tahun, Vaksinasi di Gresik Baru Capai 40 Persen