Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Soal Food Estate di Sumut, Guru Besar USU: Pembukaan Lahan Tak Sia-sia

Kompas.com - 25/08/2021, 10:46 WIB
A P Sari,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Guru Besar Agroteknologi Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Noverita mengatakan, dinamika lapangan program food estate di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara (Sumut), terbilang cukup kompleks.

Meski demikian, kata dia, segala kebijakan yang telah dilakukan tetap bermanfaat bagi pengembangan kawasan.

“Apa yang sudah dimulai dengan pembukaan lahan dan penanaman perdana tahun lalu menurut saya tidak sia-sia. Saya terus mengamati dan mengikuti perkembangan food estate di Humbang Hasundutan sejak 2020 lalu,” terang Noverita melalui keterangan tertulis resmi, dikutip Kompas.com, Rabu (25/8/2021).

Ia menjelaskan, pada kenyataannya, lahan food estate tersebut dapat menghasilkan bawang merah sekitar 5,7 ton per hektar (ha) dan 2,7 ton per ha bawang putih.

Baca juga: Kementan Klaim Food Estate Dibuat Sesuai Kajian dan Tepat Sasaran

“Sedangkan hasil panen yang diperoleh dari kentang industri varietas Bliss rata-rata 10 sampai 14 ton per ha pada panen musim tanam awal,” jelas dia.

Namun, Noverita mengaku bahwa perlu ada upaya perbaikan yang dilakukan agar lahan food estate bisa tetap produktif.

Kuncinya, sambung dia, ada di perbaikan kualitas tanah melalui unsur organik, penerapan teknologi budi daya hingga pascapanen, peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) petani, hingga penataan kelembagaan usaha petani.

Selain itu, menurutnya, kolaborasi dan koordinasi pengelolaan kawasan perlu terus ditingkatkan. Salah satu aspek penting adalah penataan kawasan yang perlu memperhatikan kearifan lokal.

Baca juga: Wujudkan Ketahanan Pangan, Kementan Prioritaskan Program Food Estate

“Contohnya saja haminjon yang selama ini menggantungkan pendapatannya dari hasil hutan dan kebun, seperti kemenyan, andaliman, dan kopi. Dibutuhkan pendampingan intensif untuk mengawal petani yang saat ini melakukan budi daya hortikultura,” paparnya.

Lebih lanjut, ke depannya, Noverita juga mendorong pemerintah untuk mengedepankan aspek konservasi lahan dan air untuk menjaga keberlangsungan usaha tani.

“Konservasi lahan dan air sangat penting diperhatikan. Teknologi irigasi hemat air seperti irigasi tetes yang saat ini mulai diinisiasi oleh pengelola kawasan bisa saja diterapkan karena teknologi tersebut menghemat biaya,” ujar dia.

Lebih lanjut, dia berharap bahwa lembaga riset, badan penelitian dan pengembangan (litbang), dan perguruan tinggi bisa menjadi agen penting untuk mendorong pengembangan teknologi pangan di kawasan rintisan food estate.

Baca juga: Menko Airlangga: Program Food Estate Bisa Tingkatkan Kesejahteraan Petani

“Terlebih untuk komoditas hortikultura yang secara karakter memang padat modal dan teknologi,” kata Noverita.

Sebelumnya, penting diketahui bahwa food estate di Sumut dilakukan dengan sistem tanaman hortikultura. Program ini digagas pemerintah melalui Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Kemaritiman) dan Kementerian Pertanian (Kementan) sejak 2020.

Saat ini, pengelolaan food estate Humbang Hasundutan dikoordinir oleh tim transisi yang diketuai Bupati Humbang Hasundutan Dosmar Banjarnahor.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com