LOMBOK TENGAH, KOMPAS.com- Ratusan tenda terpal berjejer membentang hampir sepanjang bibir Pantai Kuta Mandalika, Lombok Tengah.
Ratusan tenda tersebut diisi oleh banyak warga yang terdiri dari anak-anak dan orang dewasa yang sedang melakukan “Madak”
Di dalam tenda terdapat kompor, galon dan perabotan rumah tangga lainnya.
Baca juga: Polemik Rombongan Moge di Kuta Mandalika, Kapolres: Saya Imbau Mereka Segera Keluar dari Sana
Tradisi madak
Madak merupakan salah satu tradisi peninggalan leluhur masyarakat Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah sebagai ajang liburan keluarga sekali dalam setahun.
“Madak ini kayak kita liburan, sama keluarga terus kita masak—masak di sini, sama anak, cucu kita bawa kesini” kata Tohri salah satu warga yang sedang melaksanakan madak, Selasa (24/8/2021)
Adapun, madak dilakukan pada tanggal 15 hingga tanggal 20, bulan keempat dalam perhitungan kalender Sasak.
“Waktunya sudah menjadi ketetapan orang tua kita dahulu, tanggal 15 saat bulan bundar samapi tanggal 20 itu,” kata Toh.
Biasanya para warga akan memburu ikan saat air laut sedang pasang dengan melepaskan air tuba yang akan membuat ikan pingsan atau mati.
“Waktu air surut itu kita lepas tuba, tunggu berapa saat terus kita bisa nangkap ikan dengan mudah,” kata Toh.
Jika air sudah surut, mereka akan berjalan sekitar 200 meter dari bibir pantai. Warga pun menangkap ikan dengan panah dan menggunakan jaring kecil.
Baca juga: Pemprov NTB Akan Mediasi Warga di Kawasan Sirkuit Mandalika, Gubernur: Kita Akan Kawal
Tradisi madak tidak hanya diisi dengan memasak, namun juga terdapat permainan antar dusun seperti tarik tambang dan lari karung.
“Kalau dulu ada kegiatan pertandingan lari karung antarkampung, itu tahun dulu-dulu sangat seru, tapi mungkin sekarang karena corona, jadi tidak diadakan,” kata Toh.
Sementara itu Tiwi (60) mengisahkan masa lalu bersama orangtuanya dulu.
Tiwi bercerita, saat masih anak-anak, ia melaksanakan madak dengan tenda terbuat dari daun kelapa, kemudian lampunya masih menggunakan obor.
Baca juga: Keseruan Anak-anak Dusun Ebunut Bermain Gasing di Tengah Pembangunan Sirkuit MotoGP Mandalika
“Dulu belum ada motor, kita jalan dari Rembitan itu berapa kilo jauhnya, dulu belum ada terpal masih serba alami,” kata Tiwi.
Saat tradisi Madak, Tiwi biasanya memasak ikan dengan mencampur dengan kemangi dan sedikit menambahkan bawang goreng.
“Wah banyak masak, di tenda kita ada 10 orang, biasanya buat pelecing, goreng kerupuk juga sebagai lauknya,” kata Tiwi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.