SEMARANG, KOMPAS.com - Merebaknya praktik penipuan berkedok arisan online bodong telah memakan banyak korban di sejumlah wilayah di Jawa Tengah.
Dosen Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang (Unnes), Fulia Aji Gustaman berpandangan munculnya arisan online bodong disebabkan karena sejumlah faktor.
"Di antaranya faktor kultural dan struktural. Kultural karena kebiasaan arisan sudah terbentuk dari dulu. Sedangkan stuktural karena sudah terbentuk jaringan atau lembaga penyelenggara arisan itu," kata Aji saat dihubungi, Selasa (24/8/2021).
Baca juga: Minimnya Literasi Jadi Sebab Banyaknya Korban Penipuan Berkedok Arisan Online
Menurutnya, dorongan masyarakat untuk mengikuti arisan online juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Terlebih, jika arisan online tersebut dijanjikan dengan keuntungan yang besar.
"Bisa jadi masyarakat hanya ikut-ikutan, karena pengaruh lingkungan sangat besar terhadap keputusan seseorang. Mereka dengan mudah mengikuti apalagi diiming-imingi nominal besar. Akhirnya mereka tergiur dengan harapan mendapat keuntungan besar," ucapnya.
Aji mengungkapkan, seiring kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat tentu saja memunculkan berbagai persoalan di tengah masyarakat.
"Saat ini kita kan sedang bertransformasi dari konvensional menjadi digital. Di balik kemudahan di era teknologi dan informasi ini tentu saja memiliki dampak negatif seperti kemunculan cyber crime. Mulai dari penipuan jual beli online, pinjaman online hingga arisan online," jelasnya.
Baca juga: Cerita Sulastri, Rela Gadaikan Sertifikat Tanah demi Ikut Arisan Online Fiktif di Blora
Maka dari itu, masyarakat disarankan untuk menggali informasi lebih dalam agar tidak terjerumus segala bentuk penipuan dalam bentuk platform online.
"Maka perlu meningkatkan literasi, banyak menggali informasi, harus mengetahui latar belakang lembaga atau penyelenggara arisan agar bisa dipertanggungjawabkan. Sehingga segala jenis penipuan bisa diminimalisir," ungkapnya.
Selain itu, masyarakat diharapkan dapat berjejaring sosial secara bijak di tengah perkembangan teknologi dan informasi.
"Sehingga hadirnya digitalisasi ini bisa memberikan kesejahteraan bukan justru menimbulkan keresahan. Tidak hanya sejahtera ekonomi tapi juga kenyamanan, kemudahan dan aman dalam bertransaksi," katanya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.