DI kemudian berhenti dan menanyakan maksud pemukulan yang dilakukan oleh TNI kepada AG.
"Tidak tahu kenapa (TNI) marah-marah langsung mukul, langsung nyekik, terus saya diseret sejauh 30 meter ke titik lokasi yang pertama, sejauh saya diseret, saya juga ditendang dari belakang. Padahal saya sudah tidak melawan. Tapi terus saja saya ditendang," tuturnya.
Baca juga: Miliki 30.000 Pil Koplo, Pria di Bali Terancam 15 Tahun Penjara
Setelah sampai ke titik yang pertama usai 30 meter diseret, DI bersama temannya mengaku diduduki dan disiram air oleh oknum TNI.
Selang 15 menit berlalu, paman DI kemudian datang dengan maksud melerai agar DI bersama AG tak jadi sasaran pemukulan.
"Bermaksud melerai agar saya tidak dipukul, terus dia juga yang jadi sasaran pemukulan oleh aparat. Kami bertiga dipukuli lagi, padahal kami tidak melawan," terang dia.
DI melanjutkan, pemukulan yang dilakukan oleh oknum TNI tak berhenti sampai di situ.
Beberapa saat kemudian, adik DI juga datang untuk melerai agar pemukulan tak berlanjut.
"Adik saya melawan, tapi melawan belum sampai mukul, adu mulut lah. Setelah itu adik saya dipukuli sampai bibirnya robek," tuturnya.
Baca juga: Mahasiswa di Bali Demo Desak Pemerintah Evaluasi Kebijakan PPKM, Ini Alasannya
DI kemudian dijemput oleh sang ayah untuk dibawa pulang ke tempat tinggalnya yang tak jauh dari lokasi pemukulan.
Ia menyayangkan penjelasan TNI yang sudah beredar terkait alasan pemukulan terjadi. Termasuk dengan pernyataan TNI yang menyatakan anggotanya ditabrak.
"Saya dibilang nabrak aparat. Kan tidak mungkin saya nabrak, kalau saya nabrak pasti saya jatuh. Jadi berbeda dengan fakta yang di lapangan. Dibilang saya yang mengeroyok aparat, padahal kan saya tidak melawan, saksi mata ada," terangnya.
DI berharap oknum TNI yang telah melakukan pemukulan itu diproses secara hukum atau pun secara sanksi disiplin.
"Harapan saya untuk oknum-oknum yang sudah memukul saya, cuma kesalahan saya tidak pakai masker, sampai memukul, agar ditindaklanjuti lah," tuturnya.
Selain itu, ia juga berharap, TNI lebih humanis dan lebih merata dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
Dengan begitu, tak ada ketakutan yang ditimbulkan dari aktivitas berupa tracing dan testing untuk menekan laju penyebaran Covid-19.