SUBANG, KOMPAS.com - Ratusan nelayan terdampak pembangunan Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang dan Indramayu menjerit lantaran hasil tangkap anjlok.
Mereka pun meminta pemerintah daerah menjembatani aspirasi mereka.
Kepala Bidang Pelaporan dan Pengaduan Paguyuban Nelayan Indramayu Junanto mengatakan, nelayan menemui banyak kendala sejak Pelabuhan Patimban dibangun.
Baca juga: Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang, Polisi: Sudah Ada Titik Terang, tapi...
Kendala itu di antaranya perairan sekitar menjadi banyak buih dan ada pembuangan ke tengah perairan.
"Yang paling fatal itu di bibir muara kita, adalah ombak dari benturan dinding pemancang itu masuk ke wilayah muara kita," ujar Junanto di Kantor Pemkab Subang, Senin (23/8/2021).
Menurutnya dampak semakin terasa sejak setahun terakhir, apalagi sejak pancang pemecah ombak pelabuhan telah berdiri.
Baca juga: Update Kasus Pembunuhan di Subang, Polisi Lacak Ponsel Amalia Mustika Ratu dan Periksa 20 Saksi
Akibat hal itu, kata Junanto, membuat hasil tangkap mereka turun drastis. Termasuk pendapatan mereka.
Dalam satu tahun, ia menyebut penghasilan satu pemilik kapal berukuran 2 sampai 3 GT turun Rp 100 juta, bahkan ada pula yang lebih.
"Sekarang ada (hasil tangkap) ada, tapi nggak seperti dulu. Yang biasanya satu hari biasa mendapat Rp 7 juta, (sekarang) itu kadang dua juta, satu juta. Sedang perbekalan bisa mencapai 300-400," kata dia.
Ia menyebut, ada sekitar 155 nelayan di Muara Ujung Gebang, Indramayu.
Letak muara itu diketahui berada di perbatasan Subang dan Indramayu. Namun saat ini hanya tinggal sekitar 115. Beberapa di antara mereka ada yang frustasi dengan keadaan.
"Ada juga kapal yang sengaja di tenggelamkan. Ada sekitar 5 kapal," ujar dia.
Karena dampak itu, kata dia, para nelayan menuntut kompensasi berupa uang dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Patimban.
Meski begitu pihaknya tidak mematok besarannya.
"Kita tidak meminta berapanya, yang jelas dari mereka bisa mengkalkulasi atas dampak apa saja yang kami rasakan," ujar dia.