Lonjakan kasus Covid-19 tidak hanya melanda Indonesia, beberapa negara yang dinilai sukses dalam menangani pandemi pun mengalami hal yang sama.
Mereka bahkan sampai harus kembali menerapkan lockdown.
Sehingga tidak ada contoh negara yang secara absolut sukses dalam menangani pandemi Covid-19.
"Yang terjadi itu negara yang dulu dipandang sukses belakang juga harus menghadapi situasi yang sama, jadi contoh suksesnya tidak bersifat absolut ya tapi pada satu periode tertentu ukuran policy tertentu itu bisa menahan. Jadi memang tidak ada contoh yang secara absolut ya, tapi bentuk policy yang lebih efektif untuk penanganan," tegasnya.
Wawan Mas'udi berpendapat, dalam penanganan pandemi Covid-19 ini pemerintah perlu secara terus menerus melakukan evaluasi.
Termasuk melihat seberapa efektif kebijakan yang dikeluarkan untuk menangani pandemi ini.
"Saya kira harus terus menerus, sekali lagi policy-nya harus bersifat lincah dan adaptif terhadap situasi yang ada. Sehingga kemudian memang perlu evaluasi yang bersifat sangat terus menerus ya, yang itu melibatkan daerah, pusat dan berbagai instansi dan macam-macam," ungkapnya.
Kasus positif Covid-19 di Wuhan, China muncul pada akhir Desember 2019.
Sementara di Indonesia kasus pertama terkonfirmasi positif Covid-19 diumumkan pada 2 Maret 2020.
Pengumuman kasus pertama ini disampaikan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta. Pasca-pengumuman, kasus positif Covid-19 mulai merebak di Indonesia.
Pada akhir April 2021, banyak orang India yang kabur keluar negeri termasuk ke Indonesia. Mereka menghindari "tsunami" Covid-19 yang melanda tanah airnya.
Tercatat ada 132 WN India yang masuk ke Indonesia dengan pesawat carter melalui Bandara Soekarno-Hatta. Belasan orang di antaranya, menurut Kementerian Kesehatan, terkonfirmasi positif Covid-19.
Baca juga: Varian Delta Merebak, Selandia Baru Pilih Perpanjang Lockdown Nasional
Pemerintah kemudian membuat aturan pelarangan sementara bagi warga India ke Indonesia.
Pasca-masuknya WN India, virus corona varian Delta atau B.1.617.2 yang awalnya ditemukan di India mulai tercatat hadir di Indonesia. Awalnya varian ini terdeteksi di Jakarta.
Kemudian menyebar ke Kabupaten Kudus, Kabupaten Bangkalan, hingga mendominasi di sejumlah wilayah di Indonesia saat ini.
Berkaca dari peristiwa tersebut, Wawan Mas'udi berpendapat jika kelemahan Indonesia adalah mengenai sistem mitigasi dan sistem antisipasi.
"Yang lemah dari sistem kita ini memang sistem mitigasi dan sistem antisipasi. Jadi sistem mitigasi dan sistem antisipasi kita sejak awal pandemi memang selalu lemah, padahal kita tahu infomasi sudah berseliweran di mana-mana," tegasnya.
Lemahnya mitigasi dan sistem antisipasi, lanjutnya memunculkan kebijakan yang cenderung reaktif.
"Dalam arti ketika kasusnya sudah mulai bla bla bla baru berlangsung. Padahal salah satu bentuk policy crisis yang bagus itu adalah kemampuan mitigasi. ini saya kira perlu menjadi pelajaran penting bagi semua pihak, ya pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun siapa pun yang punya tanggung jawab ke sini untuk membangun sistem mitigasi," tandasnya.
Baca juga: Sebanyak 18 Kasus Covid-19 Varian Delta Terdeteksi di Aceh
Menurutnya pemerintah perlu mengembangkan kemampuan sistem mitigasi antisipasi yang jauh lebih bagus.
Saat ini memang angka kasus positif mengalami penurunan, namun tidak menutup kemungkinan akan datang kembali gelombang berikutnya.
"Bukan hanya mitigasi soal virusnya atau pandeminya tetapi juga mitigasi dalam arti penyiapan seluruh sistem dan skema layanan kesehatan agar kasus-kasus kolapsnya pelayanan kesehatan seperti kemarin tidak terjadi kembali," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.