Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Situs Kumitir, Jejak Istana Menantu Pendiri Kerajaan Majapahit

Kompas.com - 24/08/2021, 05:13 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Situs Kumitir yang ditemukan di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, membangkitkan ingatan pada sejarah Kerajaan Majapahit.

Apalagi, kajian arkeolog terhadap Situs Kumitir mengerucut pada interpretasi bahwa struktur bangunan kuno di Kumitir merupakan salah satu istana untuk bangsawan di lingkungan Kotaraja Majapahit.

Menurut Wicaksono Dwi Nugroho, arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, Situs Kumitir merupakan jejak sahih dari eksistensi Majapahit di masa lalu.

Baca juga: Situs Kumitir di Mojokerto Diekskavasi, Arkeolog Target Temukan Struktur Talud

Dimensi ukuran bata, struktur bangunan, serta berbagai penemuan lepas di kawasan Kumitir memperkuat keyakinan tentang situs sebagai jejak arkeologis kerajaan Majapahit.

Jejak istana 

Situs Kumitir ditemukan pada 20 Juni 2019, kemudian mulai diekskavasi (digali) pada Oktober 2019. Ekskavasi berhasil menyingkap adanya struktur talud.

Lalu pada Agustus-September 2020, Situs Kumitir kembali diekskavasi, berangkat dari hipotesis keberadaan tempat pendharmaan untuk Mahesa Cempaka.

Dari hasil ekskavasi tahap kedua, muncul interpretasi bahwa Situs Kumitir merupakan bekas bangunan istana Raja (Bhre) Wengker.

Interpretasi itu berdasarkan hasil ekskavasi tahap kedua yang dipadukan dengan keterangan naskah kuno, peta dan legenda zaman Belanda.

Istana Bhre Wengker yang ditemukan di Kumitir berfungsi sebagai tempat persinggahan saat hendak menghadap raja maupun saat bertugas di Kotaraja.

Penguasa kerajaan Wengker bergelar Wijayarajasa tersebut adalah suami dari Rani Daha. Dia merupakan menantu pendiri Majapahit, Raden Wijaya, sekaligus paman dari Hayam Wuruk.

Sebagai raja bawahan sekaligus kerabat bangsawan Majapahit, Bhre Wengker diyakini memiliki tempat persinggahan di lingkungan Kotaraja.

Ekskavasi tahap ketiga pada Maret 2021, kian memperkuat interpretasi sebelumnya, dimana Situs Kumitir sebagai jejak istana Bhre Wengker.

"Hasil ekskavasi tahap ketiga kemarin, temuan-temuan selama ekskavasi makin memperkuat interpretasi kami jika itu merupakan istana Bhre Wengker," kata Wicaksono kepada Kompas.com, di akhir Juni 2021 lalu.

 

Situs Kumitir dan interpretasi tata kota

Tim ekskavasi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, melakukan ekskavasi di sudut timur laut Situs Kumitir, Rabu (24/3/2021). Situs Kumitir diyakini sebagai salah satu jejak arkeologis peninggalan Kerajaan Majapahit.KOMPAS.COM/MOH. SYAFIÍ Tim ekskavasi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, melakukan ekskavasi di sudut timur laut Situs Kumitir, Rabu (24/3/2021). Situs Kumitir diyakini sebagai salah satu jejak arkeologis peninggalan Kerajaan Majapahit.

Interpretasi Situs Kumitir sebagai jejak istana Bhre Wengker bukan hanya menambah deretan peninggalan Majapahit yang berhasil ditemukan.

Selain koleksi arkeologis, penemuan istana bangsawan Majapahit di Kumitir juga membangkitkan gairah penelitian tentang sistem tata kota Kerajaan Majapahit.

Wicaksono Dwi Nugroho, arkeolog sekaligus Ketua Tim Ekskavasi Situs Kumitir mengungkapkan, penemuan istana Bhre Wengker membuka peluang dialektika untuk merumuskan interpretasi ulang posisi Kotaraja Majapahit.

Sketsa rekonstruksi Kotaraja Majapahit sebelumnya pernah disusun oleh Mclaine Pont dalam tiga buah peta rekonstruksi, pada 1924.

Sebelum hadirnya tiga peta rekonstruksi Mclaine Pont, pada 1921 ada peta yang menggambarkan posisi Majapahit dari RA Kromodjoyo.

Sesudah tahun-tahun itu, muncul peta rekonstruksi dari Stutterheim, Sketsa Pigeaud dan beberapa ahli ataupun sejarawan.

Sketsa atau peta rekonstruksi Kotaraja Majapahit yang sudah muncul sejak 1924 hingga kini belum mencapai final.

Baca juga: Arkeolog Kaji Temuan Kerangka Manusia di Situs Kumitir Mojokerto, Minta Bantuan Sejumlah Ahli

Pertentangan para ahli untuk menentukan posisi Kotaraja Majapahit, utamanya keberadaan Kedaton, masih kerap terjadi.

Mungkin, menurut Wicaksono, hasil analisis data empiris Situs Kumitir yang dipadukan dengan naskah Negarakertagama, bisa membantu merumuskan ulang interpretasi terkait Kotaraja Majapahit.

Dia menuturkan, nama Kumitir tersebut dalam naskah kuno Negarakertagama. Lalu kitab Pararaton menyebutkan Kumeper sebagai nama daerah di Majapahit.

Dalam Negarakertagama Pupuh 12, kata dia, dijelaskan ada istana menjulang ajaib di sisi timur Kotaraja Majapahit, berjejer dengan beberapa Puri atau istana bangsawan lainnya.

Persepsi Wicaksono, istana yang dimaksud adalah bangunan yang ditemukan di Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto.

Situs Kumitir layak disebut sebagai komplek istana karena dikelilingi dinding kokoh yang memiliki pintu gerbang, serta berada di lahan seluas 6 hektare.

Dari perpaduan data empiris hasil ekskavasi dengan keterangan Negarakertagama, Situs Kumitir kemudian diinterpretasikan sebagai jejak istana Bhre Wengker.

"Interpretasi kami itu adalah istana Bhre Wengker. Untuk menelusuri kira-kira di mana posisi Kedaton atau pusat Kerajaan Majapahit, bisa dimulai dari Kumitir, dari sisi timur Kotaraja," kata Wicaksono.

Jejak Majapahit lainnya

Situs Kumitir menjadi penemuan terbaru peninggalan Majapahit.

Peninggalan arkeologis dari kerajaan yang pernah menguasai nusantara itu banyak ditemukan di beberapa daerah di Jawa Timur.

Beberapa peninggalan Majapahit yang lebih dulu ditemukan sebelum situs istana Bhre Wengker, antara lain Candi Tikus, Candi Gapura Bajang Ratu, serta Candi Brahu.

Jejak arkeologis peninggalan Majapahit lainnya, yakni Kolam Segaran, serta Candi Arimbi di Jombang dan Candi Pari di Sidoarjo.

 

Karakteristik peninggalan Majapahit

Kerangka manusia ditemukan di kompleks bangunan Situs Kumitir, di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.KOMPAS.COM/MOH. SYAFIÍ Kerangka manusia ditemukan di kompleks bangunan Situs Kumitir, di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, bangunan cagar budaya dapat diidentifikasi sebagai peninggalan Majapahit dengan berbagai cara.

Salah satu cara yang biasa dilakukan, yakni mengidentifikasi melalui dimensi ukuran bata, tanpa mengesampingkan keterangan pada prasasti dan sumber terpercaya maupun dari penemuan artefak di sekitarnya.

Dari dimensi ukuran bata, bata era Majapahit rata-rata memiliki ketebalan 5-6 sentimeter dan lebar 21 sentimeter, sedangkan ukuran panjangnya 31 sentimeter.

Adapun untuk bata dari masa sebelum Majapahit, ukurannya lebih tebal, lebih panjang dan lebih lebar.

Baca juga: Sampel 3 Kerangka Manusia yang Ditemukan di Situs Kumitir Dikirim ke Australia, Ini Tujuannya

Menurut Wicaksono, berbagai benda purbakala maupun bangunan cagar budaya yang ditemukan di Trowulan dan sekitarnya, merupakan peninggalan Majapahit.

Selain bukti arkeologis yang ditemukan, peninggalan Majapahit itu juga didukung dengan keterangan prasasti maupun naskah kuno seperti Negarakertagama ataupun Pararaton.

"Situs-situs yang ada di Trowulan merupakan peninggalan Majapahit. Bukti-buktinya banyak," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah Punya Tokoh Potensial, Partai Demokrat Belum Buka Penjaringan untuk Pilkada Semarang

Sudah Punya Tokoh Potensial, Partai Demokrat Belum Buka Penjaringan untuk Pilkada Semarang

Regional
Pergi ke Sawah, Pencari Rumput di Lampung Tewas Tersambar Petir

Pergi ke Sawah, Pencari Rumput di Lampung Tewas Tersambar Petir

Regional
Tentara Amerika Ditemukan Meninggal di Hutan Karawang, Diduga Terkena Serangan Jantung

Tentara Amerika Ditemukan Meninggal di Hutan Karawang, Diduga Terkena Serangan Jantung

Regional
Pelaku Pembunuhan Perempuan di Polokarto Sukoharjo Ternyata Mahasiswa, Terancam Penjara 20 Tahun

Pelaku Pembunuhan Perempuan di Polokarto Sukoharjo Ternyata Mahasiswa, Terancam Penjara 20 Tahun

Regional
Menteri PAN-RB: Ada 2,3 Juta Formasi PPPK, Terbesar dalam 10 Tahun Terakhir

Menteri PAN-RB: Ada 2,3 Juta Formasi PPPK, Terbesar dalam 10 Tahun Terakhir

Regional
Polisi Geledah Kantor Dinas Pertanian Bengkulu Tengah Terkait Dugaan Korupsi Puskeswan

Polisi Geledah Kantor Dinas Pertanian Bengkulu Tengah Terkait Dugaan Korupsi Puskeswan

Regional
Pencarian Dokter Wisnu yang Hilang di Perairan Lombok Tengah Diperpanjang

Pencarian Dokter Wisnu yang Hilang di Perairan Lombok Tengah Diperpanjang

Regional
Kinerja SPM Tetap Baik, Pemkot Tangerang Diapresiasi Kemendagri

Kinerja SPM Tetap Baik, Pemkot Tangerang Diapresiasi Kemendagri

Regional
Takut Ditangkap Warga, Pelaku Perampokan di Jambi Hamburkan Uang Rp 250 Juta Milik Korban ke Jalan

Takut Ditangkap Warga, Pelaku Perampokan di Jambi Hamburkan Uang Rp 250 Juta Milik Korban ke Jalan

Regional
Pelaku Perampokan Bersenjata Api di Toko Emas Blora Berhasil Ditangkap, Ternyata Komplotan Residivis

Pelaku Perampokan Bersenjata Api di Toko Emas Blora Berhasil Ditangkap, Ternyata Komplotan Residivis

Regional
Mantan Gubernur NTB Hadir dalam Sidang Pencemaran Nama Baik Tuduhan Perselingkuhan

Mantan Gubernur NTB Hadir dalam Sidang Pencemaran Nama Baik Tuduhan Perselingkuhan

Regional
Gerombolan Massa Tawuran di Perkampungan Magelang, Bawa Celurit dan Botol Kaca

Gerombolan Massa Tawuran di Perkampungan Magelang, Bawa Celurit dan Botol Kaca

Regional
Mantan Caleg di Pontianak Tipu Warga Soal Jual Beli Tanah Senilai Rp 2,3 Miliar

Mantan Caleg di Pontianak Tipu Warga Soal Jual Beli Tanah Senilai Rp 2,3 Miliar

Regional
Fakta Temuan Kerangka Wanita di Pekarangan Rumah Kekasihnya, Pelaku Residivis Pembunuhan

Fakta Temuan Kerangka Wanita di Pekarangan Rumah Kekasihnya, Pelaku Residivis Pembunuhan

Regional
Ribuan Warga di 7 Desa di Lebong Bengkulu Tolak Direlokasi, BPBD: Ancaman Bencana Tinggi

Ribuan Warga di 7 Desa di Lebong Bengkulu Tolak Direlokasi, BPBD: Ancaman Bencana Tinggi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com