Dibawa ke RS
Sabber mengatakan, ada seseorang yang kemudian memberi tahunya untuk mengikat seluruh tubuh Fahmi menggunakan kain, seperti bayi waktu baru lahir.
Itu dilakukan selama kurang lebih tiga bulan saat Fahmi berusia 10 tahun. Cara ini juga tak ada hasilnya.
Tanpa disangka, ada orang Jember yang prihatin mengetahui kondisi Fahmi dan keluarganya.
Orang tersebut datang ke rumah Fahmi dan mengajaknya berobat ke salah satu rumah sakit di Surabaya.
Baca juga: Baliho Elite Politik Bertebaran di Pamekasan, Ternyata Banyak yang Tak Berizin
Saat dilakukan pengecekan ke seluruh kondisi tubuh Fahmi, ada kelainan pada otot di tungkai pahanya.
"Usai dari dokter itu, Fahmi diberi tongkat untuk berlatih. Tapi tongkat itu tidak dipakai karena tidak cocok untuk kondisi jalan di rumah yang berbatu. Fahmi sering jatuh," terang Sabber.
Perlahan, Fahmi yang awalnya hanya bisa merangkak, mulai belajar berjalan dengan bantuan tongkat kayu dan bambu seadanya.
Berharap anaknya sembuh
Untuk menyembuhkan kondisi Fahmi, Sabber sudah banyak menghabiskan banyak biaya.
Terhitung sudah lebih dari Rp 20 juta dikeluarkannya.
Padahal kondisi ekonomi Sabber tak menentu. Dia hanya bekerja sebagai kuli serabutan.
"Sekarang saya hanya bisa pasrah dan tak pernah putus asa dalam doa untuk kesembuhan Fahmi," ungkap Sabber.
Sampai saat ini, belum pernah ada bantuan dari pemerintah untuk penanganan kondisi Fahmi secara khusus.
Baca juga: Bripka La Ilo Raih Penghargaan PBB, Komandan Brimob: Dia Berdedikasi Tinggi dan Disiplin