LEBAK, KOMPAS.com - Tanto Gunawan (47) mengetuk pintu salah satu rumah di Kampung Jogjogan, Desa Bayah Barat, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten.
Dia hendak menanyakan seragam bekas pakai anak pemilik rumah yang dituju. Barangkali masih ada, hendak dia beli, syukur-syukur diberikan secara gratis.
Baca juga: Petani yang Lecehkan Istri Awak KRI Nanggala-402 Dituntut 1 Tahun Penjara
Seragam tersebut dibutuhkan oleh putranya, Bagas Panca Wijaya (16) yang akan mulai masuk sekolah tatap muka di SMKN 1 Bayah. Namun, hingga H-1 masuk sekolah, Bagas belum memiliki seragam.
"Saya tanya ke pemilik rumah, 'Bu, apakah seragam bekas anak ibu masih ada yang bisa untuk dipakai anak saya sekolah?" ujar Tanto kepada Kompas.com di kediamannya, Minggu (22/8/2021).
Kompas.com bekerja sama dengan Kitabisa.com menggalang dana untuk membantu perjuangan Tanto.
Anda bisa mengirimkan donasi dengan klik di sini.
Sayangnya, seragam sudah tidak ada. Tanto kemudian beranjak ke rumah lain. Setidaknya ada lima rumah yang dia datangi, tapi hasilnya nihil.
Tanto melakukan hal tersebut karena tidak punya cukup uang untuk membeli seragam.
Di kantongnya memang ada uang Rp 100.000, tapi itu adalah uang terakhir untuk bekal makan sehari-hari dia dan empat anaknya, atau setidaknya sampai tiga hari ke depan.
Hingga hari masuk sekolah tiba, Bagas masih menggunakan seragam SMP lantaran tidak punya seragam putih abu-abu.
Belakangan pihak sekolah menyatakan hendak membantu keperluan seragam sekolah Bagas.
Tanto mengatakan, sebagai buruh penambal perahu, dia tidak bisa mendapatkaan uang setiap hari.
Upahnya biasa dibayar per tiga hari atau bahkan seminggu ketika pekerjaan menambal perahu selesai.
Itu pun tidak setiap hari pekerjaan didapat. Bayarannya bervariasi mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 300.000 untuk satu pekerjaan.
Uang tersebut harus cukup untuk kehidupan sehari-hari keluarganya.