BLITAR, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 membuat sektor pariwisata di Kota Blitar mati suri. Objek wisata hingga hotel sepi dalam 1,5 tahun terakhir.
"Kita ini sudah lama mati suri, hidup tidak, mati juga tidak. Tingkat hunian rata-rata saat ini hanya 10 hingga 15 persen saja," ujar Sekretaris persatuan hotel dan restoran Indonesia (PHRI) Kota Blitar Reza Hasjim kepada Kompas.com, Senin (23/8/2021).
Roda ekonomi Kota Blitar bertumpu cukup kuat pada sektor pariwisata dengan maskot destinasinya Makam Presiden Soekarno (Bung Karno).
Namun selama pandemi, objek wisata tersebut tetap tidak bisa mengerek perekonomian Kota Blitar.
Baca juga: Wali Kota Blitar Berharap Tetap Terapkan PPKM Level 4, Ini Alasannya...
Apalagi setelah hampir 2 bulan diterapkan PPKM level 4, destinasi wisata harus ditutup sementara.
Dengan kondisi usaha itu, kata Reza, pendapatan kotor hotel dan restoran sering tidak mampu menutup biaya operasional.
Padahal, biaya operasional sudah dipangkas hingga 60 sampai 70 persen dari biaya operasional pada situasi normal.
Pemangkasan itu, ujarnya, terutama disumbang dari biaya upah pekerja yang ditekan sedemikian rupa.
Baca juga: Cerita Sukses Petani Muda Bertanam Porang, Panen Omzet Ratusan Juta dan Tips untuk Pemula (Bagian 1)
Belum ada PHK
Meski menekan biaya operasional dari pos sumber daya manusia, kaya Reza, belum ada satu pun hotel maupun restoran anggota PHRI Kota Blitar yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawan.
"Yang dilakukan teman-teman di PHRI hanya mengurangi jam kerja berikut upahnya. Misalnya, 3 hari kerja 3 hari libur," jelasnya.
Meski beban operasional tinggal 40 hingga 30 persen saja, menurut Reza, sering pemasukan perusahaan tidak cukup menutup keseluruhan biaya tersebut.
Kondisi usaha tersebut, kata dia, terutama terjadi setelah Hari Raya Idul Fitri 2021 ketika mereka harus membayar tunjangan hari raya penuh kepada para pekerja.
Setelahnya, ujar Reza, kondisi usaha justru semakin memburuk dan mencapai level terburuk sejak pemberlakuan PPKM Darurat sudah hampir 2 bulan sejak 3 Juli lalu.
"Sekarang ini yang menginap di hotel kami rata-rata tinggal para pekerja pemasaran (sales) barang-barang kebutuhan sehari-hari. Itu pun jumlahnya sudah tidak seperti dulu," ujarnya.
Wisatawan keluarga yang biasanya paling banyak menjadi tamu hotel di Kota Blitar, ujar Reza, sudah lama tidak datang menginap di hotel mereka.
"Kalau tamu keluarga sudah lama menghilang. Tinggal sales yang jumlahnya juga sudah tidak seperti dulu. Mungkin sales juga terdampak pandemi," kata Reza.
Baca juga: Soal Penanganan Pandemi, AHY: Negara Tak Boleh Gagal Fokus antara Api dan Asap