BANYUWANGI, KOMPAS.com - Siapa sangka, jika diolah dan dipoles dengan keahlian, bambu pun bisa menghasilkan kerajinan dengan nilai ekonomi tinggi.
Banyak produk yang bisa dihasilkan dari anyaman bambu misalnya songkok, tas, dan kap lampu.
Namun tidak semua bambu bisa digunakan untuk membuat kerajinan.
Untuk kerajinan, biasanya digunakan jenis bambu batu yang banyak tumbuh di lereng Gunung Ijen.
Hal ini disampaikan oleh Untung Hermawan (50), pengrajin anyaman bambu yang terbilang sukses asal Desa Gintangan, Banyuwangi, Jawa Timur.
Baca juga: Cerita Sukses Petani Muda Bertanam Porang, Panen Omzet Ratusan Juta dan Tips untuk Pemula (Bagian 1)
Rp 20.000 bisa jadi Rp 1 juta
Hermawan menyebutkan, satu pohon bambu yang dibeli Rp 20.000 jika diolah seadanya nilainya tak akan naik berlipat-lipat.
Namun jika diolah menjadi songkok, bisa menghasilkan hingga Rp 1 juta.
"Memang unik bambu itu, tergantung bagaimana pengolahan. Saya asumsikan satu batang pohon seharga Rp 20.000 bisa menghasilkan Rp 1 juta," kata Untung usai memberikan pelatihan kerajinan bambu di Lingkungan Papring, Banyuwangi, Minggu (22/8/2021).
Untung mengatakan, bambu bisa dibuat bermacam-macam produk. Misalnya untuk kap lampu, tas, hingga frame kaca.
Namun untuk menjadikan songkok bernilai ekonomi tinggi memang dibutuhkan manajemen industri yang matang dan melibatkan banyak orang.
Baca juga: Cerita Sukses Petani Muda Kembangkan Porang, Butuh Jaminan Kestabilan Harga (Bagian 2)
Misalnya satu kelompok cukup bertugas mengerat atau memotong bambu menjadi bagian yang tipis dan menjemurnya hingga siap dianyam.
Lalu kelompok lain fokus untuk menganyam. Kemudian ada kelompok yang melakukan pembentukan misalnya songkok dan tas.
Jika semua dilakukan sendiri maka satu orang sehari belum tentu bisa menghasilkan satu barang berbahan bambu.
"Harus dengan sistem klaster industri, kalau satu orang mengerjakan A-Z, ya tak bisa," katanya.
Industri pengolahan bambu
Industri rumahan kerajinan bambu yang cukup matang ada di Gintangan, Banyuwangi.
Di desa ini, ada 5 industri rumahan perajin bambu yang menghasilkan produk anyaman bernilai ekonomi tinggi.
Secara sederhana, prduksi kerajinan bambu dimulai dengan memotong tipis bambu (irat), meraut atau menghaluskan bagian bambu, mewarnai, menganyam, dan membentuknya menjadi produk jadi.
Untung menceritakan, songkok bambu buatannya kini sudah banyak dikenal dan diminati.
Ia memulai produksi ini pada 2014 silam. Awalnya ia hanya coba-coba karena ingin membuat songkok selain berbahan kain.
"Songkok di Indonesia kan identik berwarna hitam dan berbahan kain, kenapa tak dibuat dari bahan lain," kata dia.
Baca juga: Upiah Karanji, Songkok Rumput yang Tenar dari Gorontalo
Produksi 3.000 songkok tiap bulan
Akhirnya ia bisa membuat songkok berbahan bambu dan di Indonesia, Banyuwangi menjadi yang pertama membuatnya.
Setelah banyak yang berminat, ia bahkan mampu memproduksi 3.000 songkok bambu tiap bulannya.
Sebelum pandemi, jumlah tersebut selalu terserap pasar.
Harganya mulai Rp 20.000 hingga Rp 45.000 tergantung ukuran.
"Saya merasakan nikmat di kerajinan bambu ketika menekuni songkok ini," kata pria yang menekuni kerajinan bambu sejak tahun 2000 ini.
Namun, saat pandemi penjualan mengalami penurunan. Ia hanya memproduksi sesuai pesanan.
Sebulan ia menerima pesanan 1.000 songkok saat pandemi Covid-19.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.